BANDUNG, PelitaJabar — Mendengar sebutan Kampung KB, mungkin sebagian kita berpikir hanya melulu mengurusi kontrasepsi dan program KB. Namun Lebih dari itu, dari sinilah kebangkitan perekonomian masyarakat menengah kebawah dimulai.
Lihat saja Kampung KB Sarimekar, Kampung Butul Desa Cipeujeuh Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung. Pemukiman yang dihuni lebih dari 200 KK itu, memiliki potensi ekonomi, seni budaya, dan prestasi termasuk di bidang olahraga.
Agus Rizal, Camat Pacet mengungkapkan, dari dua yang ada, baru terlihat satu Kampung KB yang memiliki aktifitas yang cukup maju.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ada satu yang maju, yaitu di RW1 RT 1 walaupun kita akui belum ada anggarannya, namun spontanitas warga, terutama anak-anak yang aktif, dimana awalnya para orang tua ogah-ogahan, akhirnya malu sendiri, dan pada akhirnya mendukung segala program yang ada di Kampung KB,” jelas Agus kepada Harian Pelita saat disambangi dikantornya Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Selasa (28/8).
Dia melanjutkan, dari sisi perekonomian, banyak kerajinan warga yang memiliki nilai ekonomi. Seperti kerajinan tangan, rajutan, kue dan banyak lainnya.
“Pada umumnya kegiatan di Kampung KB merupakan swadaya masyarakat. Mereka secara spontanitas, mendukung penuh kegiatan. Ada delapan program di Kampung KB, salah satunya fungsi agama yakni Magrib mengaji, fungsi lingkungan, kita punya Jumsih atau jumat bersih dengan bergotong royong. Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan baik. Dan Kampung KB disini, kita harapkan mampu mensupport desa lainnya untuk menghidupkan Kampung KB,” tambah Agus.
Pantauan Harian Pelita saat melihat Kampung KB tersebut, saat memasuki termapmpang ucapan selamat datang di Gerbang Masuk. Di dinding banyak garfiti bertulisakan tentang program KB. Bahkan nama gang nya pun ditulis seperti Gang IUD, salah satu alat kontrasepsi. Uniknya, setiap tamu yang datang, disuguhi tarian selamat datang oleh anak-anak.

Dimintai pendapatnya, salah seorang perajin bernama Ratih Hayati (30) mengungkapkan, selama ada Kampung KB lebih kurang setahun yang lalu, setidaknya dia bisa membantu suami dengan berjualan rajutan berupa dompet, tas, dan kaos.
“Selama ada Kampung KB, dulunya cuma diam dirumah, sekarang jadi ada kegiatan, termotivasi, anak anak juga ada kegiatan. Kalau handmade, harganya mulai dari Rp 50 ribu seperti rajutan dompet, sampai Rp 300 ribu, kita juga juga di online,” ujar Ratih.
Dia menyebutkan, kendala yang dihadapi selama ini adalah modal. Karena selama ini modal sendiri dan terbatas, yang berimbas pada hasil produksi.
“Selama ini modal sendiri, swadaya dengan rekan lain, dimana kita punya enam anggota. Handmade sehari bisa bikin satu, barang tergantung pesanan, namun jika didukung modal yang memadai, mungkin bisa lebih banyak,” ungkap Ratih seraya mengharapkan bantuan permodalan dari pemerintah setempat.
Sementara Ketua Kampung KB Mekarsari Kampung Butul Rw 1 RT 1 Apan Permana mengatakan, potensi ekonomi dan prestasi terutama anak-anak, cukup bagus. Hanya dukungan dari pemerintah sangat diharapkan agar merangsang anak-anak setempat.
“Disini banyak anak yang memiliki potensi cukup bagus, menjuarai bulutangkis, tenis meja, dan anak-anak putri yang mahir menari, bahkan beberapa even kedepan seperti di Kabupaten dan di Kota Bandung mengundang untuk tampil. Diperlukan perhatian dari pemerintah misalnya fasilitas olahraga, atau bantuan beasiswa untuk merangsang anak anak berprestasi agar terus berkarya,” pungkas Apan. Mal