LEBIH 1000 tahun yang lalu, Hidroponik dipraktekkan di Cina, India dan Mesir (di tepi Sungai Nil) dengan skema pedesaan. Tak hanya itu, sistem ini telah dikembangkan dengan kecepatan yang lebih tinggi untuk menentukan unsur-unsur yang mengganggu pertumbuhan tanaman.
Pekerjaan formal pertama pada sistem produksi ini dimulai sekitar tahun 1600. Namun, pertumbuhan tanaman tanpa tanah telah dikenal sejak Babilonia kuno, di taman gantung yang terkenal yang diberi makan oleh air yang mengalir melalui kanal.
Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan untuk kegiatan bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Tanaman dapat ditanam dalam pot atau wadah lainnya dengan menggunakan air atau bahan-bahan porus lainnya seperti kerikil, pecahan genting, pasir, pecahan batu ambang dan lain sebagainya sebagai media tanam untuk tanaman hidroponik.
Bertanam secara hidroponik dapat berkembang secara cepat karena memiliki kelebihan. Yang utama adalah keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin.
Kelebihan lainnya adalah perawatan lebih praktis. Pemakaian pupuk lebih hemat, tanaman dapat tumbuh dengan pesat dan tidak kotor, hasil produk lebih kontinu serta beberapa jenis tanaman dapat dibudidayakan di luar musim. (Lingga, 2005)
Di era teknologi dan indutri kian canggih dan serba Instan, masyarakat saat ini lebih pintar dalam memilih produk yang serba alami dan tidak mengandung banyak zat kimia.
Contohnya Sayuran hidroponik, karena banyak di cari berbagai kalangan menengah atas dan orang yang tidak bisa memakan sayuran mengandung kimia. Karena itu, sayuran hidroponik merupakan salah satu solusi mengatasi permasalahan tersebut.
Hidroponic Oby farm Lembang, merupakan salah satu produsen sayuran hidroponik yang bermitra dengan Hidroponic Lembang di Kabupaten Bandung Barat.
Hidroponic Oby farm Lembang menjual beragam jenis sayuran. Diantaranya hidroponik Pakcoy, Caisim, Kangkung, Bayam Hijau dan Siomak.
Dari awal penelitian, di Hidroponic Oby farm Lembang, merupakan salah satu produsen terbesar di kota Bandung.
Dengan modal awal Rp 50.000.000 (Lima Puluh Juta), dan sewa lahan untuk tempat menamam sayuran hidroponik. Berkat kegigihan pak Oby yang menyewa beberapa tempat untuk menanam sayuran hidroponik di tempat tak jauh dari rumahnya, setiap hari sayuran hidroponik bisa di panen secara bergantian.
Karena itu, selaku mitra, pak Oby tidak menyerahkan ke supermarket, melainkan langsung ke pihak mitra.
Petani sayuran hidroponik di desa Cikahuripan-Lembang memakai sistem tanam Hidroponik NFT dan DFT.
Sistem NFT (Nutrient Film Technique System) merupakan Teknik hidroponik, di mana aliran yang sangat dangkal air yang mengandung semua nutrisi terlarut.
Karenaya, diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang kembali beredar melewati akar tanaman di sebuah alur kedap air.
Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi, disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa. Pada sistem ini, tidak menggunakan media tanaman apapun, namun langsung dari air. Akar tanaman langsung bersentuhan dengan air tanpa campuran media tanam lainnya.
Nutrisi yang disediakan untuk tanaman, akan diterima oleh akar secara terus menerus menggunakan pompa air yang telah ditempatkan pada penampungan nutrisi disusun sedemikian rupa, agar pengaliran menjadi lebih efektif.
Selain itu, diperlukan waktu untuk mengatur air yang megalir dan aerator untuk menunjang pertumbuhan akar tanaman.
Sedangkan sistem DFT (Deep Flow Technique) adalah metode cocok tanam hidroponik dengan sirkulasi air nutrisi mengalir dan menyisakan air menggenang pada sistem, prisnsip hidroponik DFT sama dengan NFT.
Namun terdapat perbedaan pada kedalaman air nutrisi, yaitu air yang tergenang dalam pipa berkisar 1/3 atau ¼ bagian dari pipa dan bergantung pada ukuran pipa yang digunakan.
Sementara sistem DFT menyirkulasikan sistem talang air atau pipa PVC yang dialirkan menggunakan pompa air listrik, karena metode ini menyisakan air yang menggenang, maka pompa air tidak harus selalu dinyalakan.
Metode hidroponik NFT dan DFT memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing antara lain :
- Budidaya tanaman yang lebih memperoleh supplay air, nutrisi dan juga oksigen secara terus menerus.
- Hidroponik NFT terbilang lebih hemat air dan juga nutrisi.
- Memiliki kemudahan dalam perawatan sebab tidak perlu melakukan penyiraman.
- Membutuhkan sirkulasi air yang terus menerus serta penggunaan listrik terus menerus.
- Tanaman akan mudah layu dan mati jika pompa air tak beroperasi dalam waktu lama.
- Akar yang memungkinkan mudah membusuk karena terendam keseluruhan akar tanaman.
- Biaya yang realtif lebih mahal.
- Metode DFT membutuhkan air nutrisi yang lebih banyak untuk menggenangi sistem.
- Supplay oksigen pada seluruh akar menjadi lebih tipis.
Hidroponik adalah sebuah teknologi bercocok tanam tanpa media tanah, tetapi menggunakan media air dan larutan nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh.
Selain memakai air dan nutrisi, hidroponik juga menggunakan media tanam lain seperti rockwool, arang sekam, zeolit dan berbagai media yang ringan dan steril lainnya.
Hidroponik juga dikenal dengan istilah Nutri Culture, Water Culture, Gravel Culture dan Soilless Culture atau budidaya tanaman tanpa tanah.
Pada sistem pertanian menggunakan hidroponik membutuhkan pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan air sebagai sumber nutrisi dari tanaman.
Oleh karena itu meskipun tanaman hidroponik tidak melibatkan tanah, tanaman hidroponik tetap tumbuh subur bahkan kualitas tanamannya lebih unggul daripada tanaman biasa.
Sayuran yang dihasilkan antara lain sayuran pakcoy, sawi hijau (sausin), kangkung, bayam dan siomak.
Sayuran-sayuran tersebut panen dalam waktu kuramg lebih satu bulan dan siap untuk dipacking karena akan dikirimkan kepada distributor atau penjual sayuran lainnya. ***