BANDUNG, PelitaJabar – Memulai usahanya pada 2011 silam, seorang pengusaha kopi asal Jember Jawa-Timur, Ahmad Muchlis mengungkapkan, berkat kolaborasi dengan para petani kopi, selain meningkatkan kualitas hidup para petani, tentunya juga menghasilkan kopi berkualitas tinggi.
Tak hanya itu, Ahmad juga memiliki misi menciptakan keseimbangan dari sektor hilir, agar menghasilkan kopi terbaik. Untuk itu, tak jarang dia terjun langsung ke gunung guna melihat aktifitas para petani kopi, agar mendapatkan kopi terbaik.
‘Pasca panen, kita menyediakan kopi green been, paling hilir ada produk kopi kemasan. Kita juga melakukan proses pembinaan petani kopi. Service kami, di hulu kita berikan pembinaan, agar petani mengetahui kualitas kopi, sedangkan di hilir, kami punya kedai kopi rakyat, lebih ke menengah atas,’ ungkap Ahmad Muchlis, Ceo Zhibond Coffe, saat NGOPI BISNIS (Ngobrol Inspirasi Bisnis) di Era Digital dengan tema Nasional Business Feasibility Study, secara daring oleh STIE STEMBI Bandung belum lama ini.
Sementara pangsa pasarnya, selain dalam negeri, produk kopi yang dihasilkan Elora Kopi, kini tembus ke mancanegara.
‘Bahan kopi kita ambil dari Malang, Jember, Banyuwangi, Situbondo. Kita juga ekspor ke Malaysia, Brunei dan Australia,’ ucap Ceo JERINDO Farm dan Ceo Golong Production ini lagi.
Menurutnya, semua masyarakat Indonesia bisa merasakan kopi terbaik dari perkebunan atau pegunungan. Namun melihat kenyataan, masih banyak masyarakat bahkan petani kopi sendiri mengkonsumsi kopi sisa, istilahnya kopi campur jagung, sementara yang bagus dijual.
‘Kita mengedukasi masyarakat, agar minum kopi asli, Kopi sachet rasanya dimanapun sama. Dulu Arabica belum sebuming saat ini, sedangkan kopi sachet banyak yang gandrung, sementara penyuka kopi asli masih sedikit. Oleh karena itu, jangan hanya di webinar saja, namun harus terus berlanjut, karena Kopi itu lebih sensitif dari wanita,’ ujar Ahmad Muchlis sambil tersenyum.
Menurutnya, kopi buming ketika film filosofi kopi pada 2019 tayang. Tak heran, pada 2020, Kopi Robusta meningkat tajam, sementara Arabika pun melesat hingga Rp85 juta di 2021.
Sedangkan awal pandemi, menjadi pukulan bagi dirinya. Padahal saat 2021, omzetnya mencapai Rp 90 juta, dari modal awal yang hanya Rp 27 Jutaan pada 2011.
‘Awal Pandemi, hanya beromzet Rp 120 juta, sangat drastis. Padahal sebelum pandemi telah mencapai Rp 300 jutaan, inipun berkat kerjasama Jerindo Farm atau Jerman Indonesia. Lalu kita mulai bangkit, karena banyak perut yang harus kita perjuangkan, banyak orang berharap dengan kita, prinsip kami berbisnis bukan hanya untung rugi, namun kebermanfaatan bagi orang lain, itu sangat penting,’ tuturnya.
Di akhir webinar, Ahmad Muchlis membagikan tipskepada para peserta webinar agar tidak pernah menyerah, belajar lagi, meriset lagi.
‘Alhamdulillah, setelah ada Jerindo Farm, kini kami bisa bangkit kembali,’ pungkasnya.
Webinar Ngopi Bisnis juga menghadirkan Dr. Noer Fadhly,S.T., M.T. Dosen dan Ketua Unit Bisnis Pelatihan dan Jasa Kepakaran Universitas Syiah Kuala. ***