PENDIDIKAN menurut UU No. 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana guna mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan.
Pendidikan juga mampu membentuk manusia memiliki disiplin, pantang menyerah, tidak sombong, menghargai orang lain, bertakwa, kreatif serta mandiri.
Saat ini, pendidikan mengalami fenomena yang mengharuskannya mengikuti perkembangan zaman. Bisa jadi, berbagai falsafah, prinsip, dan pelaksanaannya kini sudah kurang relevan dengan keadaan abad 21.
Berdasarkan fenomena dan keresahan inilah, konsep pendidikan abad 21 hadir dan dicanangkan di Indonesia bahkan di seluruh dunia oleh para ahli, lembaga atau instansi pendidikan terkait.
Pembelajaran yang dilakukan guru pun harus berorientasi pada pembelajaran abad 21 yang memiliki karakteristik atau prinsip-prinsip:
1) Pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta didik;
2) Peserta didik diajarkan mampu berkolaborasi;
3) Materi pembelajaran dikaitkan dengan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran harus memungkinkan peserta didik terhubung dengan kehidupan sehari-hari; dan
4) Mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi karakteristik pembelajaran abad 21 tersebut adalah pendekatan science, technology, engineering, and mathematics (STEM).
STEM merupakan suatu pendekatan dimana sains, teknologi, engineering, dan matematika diintegrasikan, fokus pada proses pembelajaran pemecahan masalah dalam kehidupan nyata.
Pembelajaran STEM memperlihatkan kepada peserta didik bagaimana konsep-konsep, prinsip-prinsip sains, teknologi, engineering, dan matematika digunakan secara integrasi untuk mengembangkan produk, proses, dan sistem yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Pembelajaran STEM adalah pembelajaran yang menggabungkan beberapa disiplin ilmu ke dalam paradigma pembelajaran kohesif berdasarkan dunia nyata.
Literasi STEM mengacu pada memperoleh ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan pengetahuan matematika serta menggunakannya untuk mengidentifikasi masalah, mendapatkan pengetahuan baru. Memahami karakteristik disiplin STEM sebagai bentuk upaya manusia, termasuk penyelidikan, desain, dan proses analisis.
Pembelajaran STEM dapat mendukung kurikulum Merdeka Belajar yang telah mengantisipasi perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan menyongsong abad 21.
Ditandai adanya percepatan implementasi transformasi digital dalam inovasi pembelajaran yang dapat menghasilkan insan Indonesia berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif (4C – critical thinking, creativity, collaboration, communication).
Pentingnya aspek 4C membuat kajian tentang inovasi pembelajaran menjadi topik penting insan pendidik untuk mengelola pembelajaran yang dapat menyentuh kemampuan 4C yang diperlukan pada abad 21.
Untuk menyiapkan peserta didik Indonesia memperoleh keterampilan abad 21, yaitu keterampilan cara berpikir melalui berpikir kritis, kreatif, mampu memecahkan masalah, dan mengambil keputusan serta cara bekerja sama melalui kolaborasi dan komunikasi maka pendekatan STEM diadopsi untuk menguatkan impelementasi Kurikulum Merdeka.
Keterampilan abad 21 yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran STEM adalah sebagai berikut:
- Berpikir kritis yang dikembangkan saat peserta didik mengikuti kegiatan merancang, membuat, menguji, dan memperbaiki produk.
- Berpikir kreatif yang dikembangkan saat peserta didik mengikuti kegiatan merancang, membuat, menguji, dan memperbaiki produk.
- Berkomunikasi yang dikembangkan saat peserta didik berdiskusi untuk merancang, membuat, menguji, dan memperbaiki produk serta mempresentasikannya.
- Berkolaborasi yang dikembangkan saat peserta didik mengikuti kegiatan merancang, membuat, menguji, dan memperbaiki produk.
Pengembangan pembelajaran STEM juga sudah mengintegrasikan penguatan pendidikan karakter dalam pelaksanaan pembelajaran. Nilai-nilai karakter yang diharapkan muncul pada pembelajaran, yaitu:
- Religius, meliputi bersyukur, toleransi, percaya diri, tidak memaksakan kehendak, mencintai, dan menjaga keutuhan ciptaan Tuhan;
- Nasionalis, meliputi taat pada peraturan dikembangkan saat peserta didik mengikuti pembelajaran;
- Mandiri, meliputi kerja keras, kreatif dan inovatif, disiplin, tidak mudah menyerah, dan pembelajar sepanjang hayat yang dikembangkan saat peserta didik melaksanakan kegiatan merancang, membuat, menguji, dan memperbaiki produk;
- Integritas, meliputi jujur dan tanggung jawab yang dikembangkan saat peserta didik melaksanakan kegiatan merancang, membuat, menguji, dan memperbaiki produk;
- Gotong-royong, meliputi kerja sama yang dikembangkan saat peserta didik melaksanakan kegiatan diskusi, mengumpulkan informasi, merancang, membuat, menguji, dan memperbaiki produk.
Pendekatan STEM diyakini sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang dapat diimplementasikan melalui penggunaan model pembelajaran berbasis proyek (PJBL) sehingga perlu ada peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga pendidikan di bidang sains.
Mendukung upaya pemerintah dalam optimalisasi implementasi Kurikulum Merdeka melalui integrasi STEM dalam pembelajaran sains.
Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah dengan melatih guru sains untuk memahami dan menguasai pembelajaran sains berbasis STEM dan mengembangkan bahan ajar sains sesuai Kurikulum Merdeka berbasis STEM. Selanjutnya, pengembangan bahan ajar sains berbasis STEM dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan Kurikulum Merdeka.
Sumber:
- South East Asia Ministry of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personel (QITEP) in Science
- https://silabusk13.blogspot.com/2019/10/model-pembelajaran-stemscience.html#gsc.tab=0
https://smpn46surabaya.sch.id/wp-content/uploads/2019/09/riseze.jpg
Mengapa Pembelajaran STEM dapat mendukung Kurikulum Merdeka? Selengkapnya dapat dibuka pada tautan: