BANDUNG, PelitaJabar – Pengamat Militer Dr. Connie Rahakundini Bakrie, M.Si mengungkapkan, Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) sangat penting untuk menghadapi ancaman. Karena itu, TNI mampu mendiploise semua kekuatannya, baik penangkalan pemulihan atau apapun itu untuk ancaman yang ada.
Dikatakan, ancaman tersebut sudah sangat baik di gambarkan, terutama Indopacific, itu sangat seksi untuk dunia kali ini.
‘Tadi saya sampaikan, perang Rusia – Ukraina akan mendorong perang digeser ke kawasan kita. Karena itu Kogabwilhan menjadi sangat penting. Kenapa konsep Kogabwilhan saya berbeda dengan para Pasis yakni 3 Kogabwilhan, karena kita memiliki konsep Lifement Movement, yaitu bagaimana politik luar negeri kita bebas aktif, dalam hal ini Kogabwilhan harus dibagi 4, karena kawan atau musuh di kawasan kita, terkait dengan Coalition of the willing, Amerika, Autralia dan kawan- kawan dan sisanya itu sudah dibagi demikian sederhana,’ papar Dr. Connie usai seminar Pasis Dikreg Ke-49 Sesko TNI TA 2022, yang dibuka Komandan Sesko TNI Marsekal Madya TNI Diyah Yudanardi di Gedung Serasan Sesko TNI Bandung Rabu, 20 Juli 2022.
Karena itu, Indonesia dengan luas wilayahnya, Kogabwilhan harus dibagi 4, sehingga dari semua pembangunan kekuatannya, personilnya, excercisenya, doktrinnya, insfrastrukturnya, logistiknya, organisasi modelnya, semua akan mengikuti.
‘Bagaimana kita menyeimbangkan itu tadi, antara perseteruan, koalisi dan Coalition of the willing,’ tambahnya.
Dia mencontohkan perang Ukraina dan Rusia, dimana peran Ukraina tidak masuk kedalam Coalition of the willing, tapi dipakai oleh negara tertentu, untuk menjadi base daerah.
‘Indonesia nggak boleh sampai begitu. Kogabwilhan kita juga harus mengikuti doktrin yang menurut saya ofensi pasif, dan itu tidak bisa ditawar, karena nggak mungkin membangun kekuatan Tribatra terpadu, yang mampu yang menghampiri ancaman, fungsi Kogabwilhan itu harus First Power, jadi harus ada diluar sana mengantisipasi segalanya,’ tegas anak Dr. Bakrie Arbie, seorang pakar Nuklir Indonesia.
Disinggung ancaman nyata, isteri mantan Pangkostrad Djaja Suparman ini mengatakan, Papua.
‘Sudah pasti Papua ya, isu Papua itu bahaya kalau dilihat dalam faktor KKB, karena ini sudah mau medirikan negara merdeka, jadi namanya itu harus diganti total, tidak bisa lagi menjadi Kriminal Bersenjata, apapun terkait saparatisme, itu masuk kedalam terorisme, karena memisahkan dari kesatuan negara Indonesia, itu menurut saya yang paling penting,’ ucap wanita kelahiran Bandung, Jawa Barat, 3 November 1964.
Tak hanya itu, Connie mengatakan, isu Papua terus diangkat didunia luar, sehingga ancaman berikutnya yang faktual yakni laut Cina Selatan akan terwujud, ini akan dijadikan eskalasi perang oleh negara Coalition of the willing, kemudian Taiwan.
‘Dan Papua, kita jangan tenang tenang, yang harus kita sadari betul, Eropa nggak mau perang lama-lama, mereka akan menarik diri dengan terhormat, dan jangan sampai kita ini terbawa bawa, kemudian ikut dalam konstalasi Asia Pasific kemudian kita nggak punya kemampuan,’ tutur Connie.
Karena itu, Kogabwilhan harus betul-betul diaktifkan, namun hal itu tak akan terjadi jika doktrin TNI yang utamanya tadi menjadi outlook looking tidak dibikin. Karena semua ancaman sekarang ini adalah kapal selam dan kapal induk nuklir.
‘Itu semua mimpi yang harus menjadi kenyataan, untuk menegakkan kepentingan nasional, dan di undang-undang tersebut belum masuk tentang kepentingan nasional yang akan kita capai,’ pungkasnya.
Hadir dalam seminar Laksamana TNI Yudo Margono (Keynotespeaker), Mayjen TNI Dr. rer, Pol, Rodon Pedrason MA (Dirjen Strahan), Ketua Komisi I DPR-RI Moses Caesar Assa M.Sc, para pakar, dosen, Danjen Kopassus, Pangdam III/Slw, Pangdam Sriwijaya, Pangdam IV/Diponegoro, Pangdam V/Brawijaya dan Pangdam Iskandar Muda serta pejabat militer dan Pasis Dikreg Ke 49. ***