JAKARTA, PelitaJabar – Tak hanya pemerintah, berbagai perusahaan terus menggaungkan pentingnya vaksinasi. Karena Imunisasi memiliki peranan penting dalam mencapai 14 dari 17 Sustainable Development Goals (SDGs).
Mengusung tema “Vaccines bring us closer”, World Immunization Week 2021 yang dirayakan setiap tahun di pekan terakhir April, berpesan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit dan melindungi hidup, melalui slogan Prevent (Mencegah); Protect (Melindungi) dan Immunise (Mengebalkan). Namun tidak dapat dipungkiri pelaksanaan vaksin di masa pandemi mengalami banyak tantangan.
Penilaian cepat dari Kementerian Kesehatan dan UNICEF yang dilakukan pada bulan April 2020 terhadap lebih dari 5.300 fasilitas kesehatan di Indonesia menunjukkan, 84% responden mengatakan layanan imunisasi anak terganggu akibat COVID-19.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Survei ini juga menunjukkan cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada April 2020 menurun 4,7% dibanding April tahun lalu. Tentunya risiko anak terpapar penyakit serius seperti Infeksi Rotavirus dan Hepatitis A.
Infeksi Rotavirus merupakan jenis virus yang menyebabkan peradangan di saluran pencernaan, dan menjadi penyebab umum diare dan muntah-muntah.
Kasus diare rotavirus berat yang harus dirawat inap, seringkali terjadi pada anak dalam kelompok usia 0-36 bulan, kelompok usia ketika anak-anak sangat rentan terhadap dehidrasi. Jika tidak mendapat penanganan yang tepat, terutama untuk menggantikan cairan yang keluar, rotavirus dapat menyebabkan kematian.
Vaksin rotavirus merupakan pencegahan paling utama yang dapat dilakukan oleh parents untuk mencegah virus paling umum penyebab diare pada bayi dan anak-anak di seluruh dunia.
Berdasarkan keterangan dari dr. Deliana Permatasari, GSK Vaccine Medical Director, vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dengan pemberian dosis pertama pada usia 6 minggu, dan dosis kedua diberikan dengan interval 4 minggu, selambat-lambatnya sebelum si kecil berusia 24 minggu.
“Vaksin Rotavirus diberikan secara oral, tidak disuntikkan, sehingga parents maupun si kecil tidak perlu cemas akan jarum suntik,” ucapnya melalui siaran pers yang diterima PJ Jumat (30/04/2021).
Selain rotavirus, penyakit endemis yang juga sering luput dari pencegahan adalah Hepatitis A.
Infeksi virus Hepatitis A biasanya ditemukan pada negara dengan endemisitas tinggi, dimana infeksi terjadi sebelum anak berusia lima tahun dan sangat menular.
Di Indonesia sendiri hepatitis A pernah menjadi kejadian luar biasa (KLB) dimana tercatat hingga 957 kasus Hepatitis A di Pacitan pada tahun 2019.
Berdasarkan rekomendasi IDAI tahun 2020, vaksin hepatitis A diberikan dalam 2 dosis pada periode usia 12 bulan – 18 tahun, serta bagi siapapun yang akan melakukan perjalanan ke wilayah endemis hepatitis A untuk melakukan imunisasi 2-4 pekan sebelum keberangkatan.
GlaxoSmithKline (GSK) sebagai perusahaan perawatan kesehatan global dengan teknologi sains berupaya membantu masyarakat berbuat lebih banyak, merasa lebih baik, dan hidup lebih lama.
“Kami percaya, tingkat kesejahteraan suatu negara dapat diukur dari tingginya tingkat vaksinasi. Edukasi mengenai pentingnya vaksin harus menjadi agenda yang dilakukan secara kontinu, agar masyarakat memahami manfaat vaksin tepat waktu dan tidak mudah terpengaruh informasi menyesatkan mengenai vaksin,” pungkas dr. Deliana. ***