BANDUNG, PelitaJabar – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Wihaji mengungkapkan,berkat Jabar, prevelensi stunting secar nasional menjadi dibawah 20 persen.
“Dari 284 juta penduduk Indonesia, Jabar terbesar hampir 50 juta. Kalau mau menyelesaikan stunting, maka urusi Jawa Barat. Insha Allah akan mengurangi se-Indonesia. Karena itu, saya hari ini ke Jawa Barat,” terang Wihaji disela peluncuran Gerakan Sehat dan Atasi Stunting (Sehati) di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Selasa 18 Juni 2025.
Dengan hasil prevalensi stunting Jabar sebesar 5,8 persen, berhasil menurunkan prevalensi nasional dari 21,5 persen menjadi 19,8 persen.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini kali pertama dalam sejarah prevalensi stunting Indonesia berada di bawah 20 persen. Jabar berpengaruh terhadap prevalensi stunting se-Indonesia. Prevalensi Jawa Barat sekarang sudah 15,9 persen. Jadi, di bawah rata-rata nasional. Semoga ini menjadi inspirasi dengan provinsi-provinsi lain,” tambah Wihaji.
Adapun capaian 2024 sebesar 19,8 persen masih di bawah target nasional sebesar 18 persen.
Jawa Barat berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 21,7 persen menjadi 15,9 persen. Penurunan ini berdampak besar pada penurunan prevalensi stunting secara nasional.
Gerakan Sehati lahir untuk mendukung Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), salah satu quick wins Kemendukbangga/ BKKBN. PT Perkebunan Nusantara 1 (PTPN 1) sendiri menjadi orang tua asuh bagi 200 keluarga berisiko stunting (KRS) di sekitar perkebunan.
“KRS yang akan dibantu adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan baduta atau KRS dalam periode 1000 hari pertama kehidupan. Kenapa baduta, karena setelah dua tahun kalau stunting susah disempurnakan. Tapi kalau aman (selama dua tahun), berarti ke depan aman,” ujarnya.
“Karena itulah hari ini saya bersama stakeholders, Pak Wakil Gubernur, Ibu Bupati Bandung, Pak Wakil Bupati, Pak Dirut, Pak Direktur bersama-sama untuk melakukan kerja pentahelix supaya nanti prevalensi stunting-nya zero,” pungkasnya. ***