Buang Sampah Pada Tempatnya Bukan Perilaku Yang Baik

- Penulis

Senin, 22 Februari 2021 - 13:21 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BANDUNG, PelitaJabar -Biasanya kita sering mendengar seruan Buanglah Sampah Pada Tempatnya. Nah, kali ini ada bahasa buang sampah pada tempatnya ternyata bukan perilaku yang baik. Lho Kok bisa?

Seperti kita ketahui, 16 Tahun yang lalu, 21 Februari 2005 dunia dikejutkan dengan bencana longsornya sampah di TPA Leuwigajah yang menyebabkan 147 orang tewas. Tragedi ini seakan membangunkan Bandung dan Indonesia dari bom waktu potensi masalah sampah.

Kejadian ini pun mengilhami lahirnya hari peduli sampah nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada tahun 2006 yang diperingati setiap tanggal 21 Februari. Tragedi ini diperingati untuk diambil pelajarannya bukan untuk diulang tentunya.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktur PD Kebersihan Kota Bandung, Gun Gun Saptari Hidayat menilai, ada sebuah shocking statement terkait peristiwa tersebut, yaitu bahwa “membuang sampah pada tempatnya ternyata bukan perilaku yang baik”.

Tentu saja statement tersebut mengejutkan, karena memang belum lengkap. Kalimat lengkapnya adalah membuang sampah pada tempatnya adalah bukan perilaku yang baik, jika masih dicampur.

“Pola kita selama ini membuang sampah pada tempatnya dan mencampuradukkan sampah lalu dibuang ke petugas kebersihan atau dengan istilah campur sampah-kumpul-angkut-buang ternyata bukan solusi terbaik,” ujarnya Senin (22/02/2021).

Menurutnya, pola ini belum sepenuhnya menyelesaikan masalah tapi lebih kepada memindahkan masalah. Masalah sampah hanya berpindah dari rumah ke petugas kebersihan kemudian ke TPS lalu ke mobil truk pengangkut sampah dan berakhir di TPA. Sedangkan kondisi TPA semakin hari semakin penuh sampah dan akhirnya overload.

Sebagai bagian dari mengambil refleksi peristiwa Bandung Lautan Sampah 2005 tersebut, Pemerintah Kota Bandung mencoba melakukan sebuah perubahan paradigma dari campur-kumpul-angkut-buang sampah menjadi kurangi-pisahkan-manfaatkan sampah (Kang Pisman). Istilah lain disebut Zero Waste is Lifestyle atau di dunia ekonomi menyebutnya konsep circular economy. Inilah sesungguhnya kunci peradaban baru dalam pengelolaan sampah.

“Dalam konsep Kang Pisman, idealnya sampah dipisahkan menjadi 3 jenis sejak dari sumber dan dimanfaatkan. Untuk sampah jenis pertama, sampah organik (sisa makanan dan tumbuhan) sebisa mungkin dikembalikan ke alam atau disedekahkan ke binatang,” jelasnya.

Metodenya bisa dari mulai yang paling sederhana membuat lubang sampah, lubang biopori atau metode pengomposan seperti takakura, komposter, bata terawang ataupun disedekahkan pada binatang untuk menjadi pakan ayam, maggot dan lainnya. Intinya sampah organik tidak lagi dibuang ke petugas.

Untuk sampah jenis kedua, sampah daur ulang bisa disetorkan ke bank sampah atau bisa juga sedekah sampah. Barulah sampah jenis ketiga, sampah sisa atau residu yang masih dibuang ke petugas kebersihan dan berakhir di TPA.

“Bagi masyarakat yang halaman rumahnya tidak memadai, maka bisa dilakukan secara komunal dengan berkoordinasi dengan RW, Lurah dan Camat setempat. Inilah juga konsep desentralisasi dalam pengelolaan sampah,” tutur Gun Gun.

Ia berpendapat, untuk menerapkan konsep ini tidak mudah dan membutuhkan proses, karena menyangkut perubahan budaya dan juga sistem secara bersamaan. Juga dibutuhkan kolaborasi dengan semua pihak unsur dari mulai pemerintahan hingga masyarakat setempat.

Pada pencanangan Kang Pisman awal tahun 2019, pemerintah Kota Bandung mencoba membangun model percontohan sebanyak 12 RW. Pada tahun 2020 memperluas di Kelurahan Sukamiskin dan Cihaurgeulis.

Pada wilayah-wilayah yang sudah menerapkan Kang Pisman, terjadi pengurangan sampah yang dibuang ke TPA. Hal ini dibuktikan pada wilayah model Sukamiskin dan Cihaurgeulis terjadi pengurangan timbulan sampah yang dibuang ke TPS dan TPA sebesar 32,12 persen di Kelurahan Sukamiskin dan 22 persen di Kelurahan Cihaurgeulis.

“Mengacu kepada data sampah yang dibuang ke TPA, timbulan sampah setiap tahun normalnya meningkat seiring adanya partumbuhan penduduk. Karena setiap penduduk dipastikan menghasilkan sampah,” ungkapnya.

Menurutnya, meski pun secara volume total masih naik, namun terjadi penurunan cukup signifikan dari persentase trend kenaikan. Pada tahun 2019 dibanding tahun 2018 dari 16,87 persen, turun menjadi 3,96 persen. Bahkan pada 2020 penurunan volume sampah mencapai 0,47 persen dari tahun 2019.

“Data-data itu menjadi sebuah indikator positif bahwa program Kangpisman membawa angin segar dalam perbaikan pengelolaan sampah di Kota Bandung. Tentu proses ini masih panjang untuk bisa diduplikasikan pada seluruh wilayah Bandung,” pungkas Gun Gun.

Hal yang penting yaitu kebersihan adalah investasi. Jika kita mengabaikannya, maka kita pernah menabur kerugian besar melalui tragedi Bandung Lautan Sampah 2005. Rls

Komentari

Berita Terkait

Cetak Advokat Handal, DPD FERARI Jabar dan STAI Siliwangi Gelar PKPA
Penutupan AAYF 2025, Farhan Sebut Bandung Adalah Kota dengan Ragam Budaya Berkumpul dan Bersatu
Vakum 11 Tahun, Farhan Harap Pasar Seni ITB Jadi Agenda Rutin
Malaysia Hingga India Hadiri Pembukaan Asia Africa Festival 2025
Uji Tabrak TIGGO 9 Kecepatan 50KM/Jam, Hasilnya Luar Biasa
Keren, Karya Kriya Tekstil dan Fashion Tel-U Pernah Kolab Bareng Desainer Ternama
bank bjb Perkuat Sinergi dengan Pemkab Kuningan Lewat Pinjaman Daerah
Dadi Ahmad Roswandi Nakhodai IKASMANTIKA 2025–2030

Berita Terkait

Senin, 20 Oktober 2025 - 18:36 WIB

Cetak Advokat Handal, DPD FERARI Jabar dan STAI Siliwangi Gelar PKPA

Senin, 20 Oktober 2025 - 17:32 WIB

Penutupan AAYF 2025, Farhan Sebut Bandung Adalah Kota dengan Ragam Budaya Berkumpul dan Bersatu

Senin, 20 Oktober 2025 - 17:21 WIB

Vakum 11 Tahun, Farhan Harap Pasar Seni ITB Jadi Agenda Rutin

Senin, 20 Oktober 2025 - 17:08 WIB

Malaysia Hingga India Hadiri Pembukaan Asia Africa Festival 2025

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 20:11 WIB

Keren, Karya Kriya Tekstil dan Fashion Tel-U Pernah Kolab Bareng Desainer Ternama

Berita Terbaru

Wali Kota Bandung saat meninjau Pasar Seni ITB. PJ/Dok

FEATURED

Vakum 11 Tahun, Farhan Harap Pasar Seni ITB Jadi Agenda Rutin

Senin, 20 Okt 2025 - 17:21 WIB