BANDUNG, PelitaJabar – Profesi Penata Cahaya atau lighting di industri pertunjukan diprediksi menjadi industri raksasa. Pasalnya, belum banyak sumber daya manusia yang mumpuni dibidang ini.
Karena itu, PECAHIN kembali menghadirkan Kelas Pecahin Edisi 2 di Gedung Kesenian Sunan Ambu Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI), Bandung.
Workshop berlangsung selama empat hari, mulai 13 hingga 16 Januari 2025, pukul 09:00 hingga 17:00 WIB, menghadirkan dua narasumber utama, Iwan Hutapea, seorang Penata Cahaya senior dengan pengalaman lebih dari dua dekade, serta Johan Didik, profesional di bidang tata cahaya dan seni pertunjukan.
“Pecahin berdiri sejak 2016, bertujuan saling sharing pengetahuan, karena media yang kita miliki sangat terbatas. kenapa menggaet ISBI, selama ini kita sering mengadakan workshop sendiri, nah disini ada peluang kerjasama dengan dunia pendidikan, diman ISBI memiliki mata kuliah mata cahaya, sehingga kolaborasi ini sangat positif yang bisa kita tularkan kepada pelaku tata cahaya, baik mahasiswa dan masyarakat umum,” papar Iwan kepada PJ Senin 13 Januari 2025 di ISBI Jalan Buah Batu Bandung.
Menurutnya, ada ketidakcocokan antara suplay dan demand. Dimana beberapa tahun lalu, dunia even sangat berkembang, banyak acara ditambah budaya yang beragam.
“Setiap pertunjukan membutuhkan tata cahaya, suplay tenaga kerja sangat terbatas, fasilitas pendidikan menuju kesana hampir tidak ada. Sehingga tenaga kerja sangat kurang,” ucapnya.
Dikatakan, pada era 70an, institut seni menjadi acuan, dimana banyak tata cahaya dari mancanegara belajar ke Indonesia.
“Salah satunya Taman Ismail Marzuki, nah setelah itu di kita antara stag tidak berkembang, malah makin berkurang,” tambah Iwan.
Senada, Johan Didik mengungkapkan, 10- 20 tahun lalu, Indonesia sangat tertinggal, karena berbagai hal. Salah satunya terkait barang masuk.
“Pada 5-10 tahun terakhir cukup signifikan, dimana barang dan akses teknoligi sangat mudah ke Indonesia, dan setelah 2022, perkembangan industri seni pertunjukan dan imbasnya ke tata cahaya, dimana Indonesaia jadi barometer di Asia Tenggara, dan kita bangga, ini menjadi challaenge,” kata Johan.
Dimintai komentarnya kemungkinan ISBI membuka jurusan Tata Cahaya, Neneng Yanti wakil rektor II menjelaskan, ISBI sangat beruntung mendapat kerjasama ini, dimana masih banyak keterbatasan.
“Harusnya ISBI bisa mengakomodir. Namun butuh riset pasar, sdm juga, dimana dengan workshop ini bisa mendorong universitas di Bandung, supaya bisa mendorong ekosistem,” pungkasnya singkat.
Worskhop terbagi dalam dua kelas, Kelas Dasar Tata Cahaya sebagai kelas pertama dan Kelas Dasar Tata Cahaya & Pelajaran Penggunaan Perangkat console grandMA3 sebagai kelas kedua.
Informasi selanjutnya terkait worshop bisa langsung menghubungi ISBI di Jalan Buah Batu Bandung. ***