BANDUNG, PelitaJabar – Meski hanya sebuah alat musik tradisional, namun jangan salah, alat musik tradisional yang satu ini ternyata dilirik oleh pasar luar negeri. Tak hanya sekelas negara ASEAN, namun juga tembus Amerika, Perancis, Belanda, dan Inggris.
Dulum Gamelan, sering dimainkan saat hajatan sejak zaman jaman kerajaan.
Salah satu perajin Gamelan Purbalaras, telah merintis usahanya sejak 1960. Sang pemilik Dedi Rahmat atau akrab disapa Asep Ahum, merupakan generasi kedua meneruskan usaha bapaknya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia bercerita, usaha tersebut dirintis sang ayah sejak 1960 di daerah Cicadas Kota Bandung. Lalu berpindah ke Lengkong pada 1990 dan Rancasari 2017.
“Awalnya dari bapak saya. Sebetulnya bikin gamelan dulu hanya sampingan, dulu bapak bikin gamelan dari tahun 1960an terus berkembang sampai 1990. Saya mendirikan sendiri sampai sekarang,” bebernya di Bengkel pembuatan Gamelan Purbalaras di RT 09 RW 01 Kelurahan Cipamokolan Kecamatan Rancasari, pekan lalu.
Tak hanya gamelan Sunda degung, salendro yang berbahan besi, steinless, kuningan, dan perunggu, dia juga memperoduksi gamelan dari berbagai daerah di Indonesia.
Seperti halnya gamelan Betawi (gambang kromong), gamelan Indramayu, Cirebon, Jawa, Bali, Minahasa, Aceh, Lombok, dan lainnya.
Selain gamelan, Purbalaras juga membuat alat musik tradisional lainnya, seperti marawis hadroh rebana.
“Alhamdulillah, gamelan kita ini dipesan dari berbagai negara, selain Malaysia dan Singapura, Amreka dan Prancis juga ada,” paparnya.
Dalam membuat gamelan, ia dibantu 20 orang karyawannya. Satu set gamelan dibandrol mulai Rp9,5 juta hingga miliaran rupiah tergantung bahan baku.
“Tergantung bahan baku juga, ada yang miliaran dari bahan perunggu. Biasanya dipesan dari luar negeri,” kata dia.
Kini sang anak Irvan Rizki Ramdani turut membantu penjualan online produk gamelannya. Ia berharap seni tradisional Sunda utamanya Gamelan dapat dinikmati oleh berbagai generasi.