Soal memilih seorang pemimpin, kita tidak bisa main-main. Apalagi gegabah dengan cara-cara tidak benar.
Parahnya lagi jika pemimpin yang dipilih tidak sesuai dengan latarbelakang keilmuannya dan pengalaman lapangan. Alhasil dapat dibayangkan seperti apa.
Dalam ajaran agama Islam untuk mencari seorang pemimpin, — telah disebutkan dalam sebuah sabda nabi “Jika suatu urusan diserahkan pada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya. (HR Bukhari).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ini soal figur pimpinan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Barat.
Siapa yang tidak kenal sosok Brigjen TNI (Purn) Ahmad Saefudin, SE, MM, AIFO.
Dua periode memimpin KONI Jabar hasilnya patut mendapat acungan jempol.
Sejak 2014 dipercaya memimpin induk organisasi olahraga Jawa Barat ini, Kang Ahmad begitu beliau akrab dipanggil telah membuktikan bagaimana dirinya menjadi sosok pemimpin olahraga di Jawa Barat.
Ada dua sisi perjuangan yang bermuara prestasi gemilang yang dibuktikannya.
Pertama perhelatan PON XIX 2016. Hasilnya menjadi catatan sejarah olahraga Jawa Barat bahkan Indonesia dengan gelar Juara Umum.
Bahkan gelar itu pun mendapat penghargaan dari MURI Museum Rekor Indonesia.
Kok..? Ya. Sepanjang sejarah penyelenggaraan PON di Indonesia, Jawa Barat mengumpulkan jumlah medali yang luar biasa.
Berkat kepemimpinan Kang Ahmad, — Jabar waktu itu mengumpulkan total 531 keping medali Sebanyak 217 keping medali emas, 157 medali perak dan 157 medali perunggu.
Sebuah “torehan tinta emas”. Karena hampir puluhan tahun penyelenggaraan PON yang selalu menjadi hak DKI Jakarta, dipatahkan seorang Ahmad Saefudin di Bandung, Jawa Barat.
DKI Jakarta pernah juara umum pada tahun 1957, 1969, 1973, 1977, 1981, 1985, 1989 1993, 1996, 2004 dan 2012.
Sementara Jawa Barat pernah juara umum PON pada tahun 1951, 1953, 1961, 2016 dan 2021.
Jawa Timur pernah juara umum dua kali yaitu tahun 2000 dan tahun 2008. Sedangkan Jawa Tengah hanya kebagian sekali juara umum PON pertama tahun 1948.
Keberhasilan tersebut tidak serta merta membuat bangga Ahmad Saefudin. Karena dia tahu betul ada juga yang melihat keberhasil yang dilakukan dengan sekuat tenaga bersama skuad pengurus terbaiknya itu dipandang”sebelah mata”.
Boleh jadi yang dimaksud Kang Ahmad adalah teman-temannya yang tak sejalan dengan pemikirannya dalam membina olahraga Jawa Barat.
Meraih juara umum di tanah sendiri, mungkin dianggap hal yang wajar. Karena apanpun alasannya sebagai tuan rumah tentu semua dapat “diatur”.
Tapi bukanlah Ahmad Saefudin namanya jika tak mampu melewati itu semua. Bagai batu karang yang kokoh, Kang Ahmad mampu berjalan tegak. Anjing menggonggong, kafilah berlalu.
Ini yang menjadi falsafah hidup Kang Ahmad. Tekanan, cercaan, hinaan bahkan dibenturkan dengan pejabat eksekutif sekali pun tak membuat suami dari Siti Maryam SE ini bergeming.
Jiwa militernya seolah-olah menempa dirinya hingga tak tergoyahkan.
Di penghujung kepengurusannya pada tahun 2018 pada saat pelaksanaan pemilihan kepengurusan baru, Ahmad Saefudin, lulusan Akademi Militer Tahun 1985 ini pernah menyatakan akan mundur dari dunia olahraga Jawa Barat. Dengan alasan memberi kesempatan pada generasi berikutnya.
Namun, semua stake’holder olahraga Jawa Barat termasuk pengurus cabang.olahraga dan KONI Kabupaten dan Kota seolah-olah tak rela melepaskan Kang Ahmad begitu saja.
Hingga akhirnya pada Musyawarah Olahraga Provinsi (Musorprov) pada 13 September 2018, Kang Ahmad terpilih dengan sah dan meyakinkan secara aklamasi kembali dipercaya menjadi orang no satu di Koni Jabar.
Suara-suara itu sangat dasyat terdengar bahkan nyaris tak terbendung dikalangan Cabor dan KONI KONI di daerah.
Mereka meminta Kang Ahmad kembali untuk pimpin KONI Jabar dan mengantarkan Jabar juara berturut-turun tiga kali (Hattrick) di PON Sumatera Utara nanti.
Kalau melihat aturan, apa pun alasannyab Kang Ahmad jelas tak bisa maju kembali. Tapi kalau.melihat hasil atau kekaryaan tenyu hal ini dapat diperhitungkan.
Baik oleh pemangku kebijakan tertinggi Kang Emil. Atau boleh juga dilihat dari desakan pemilik suara yang bisa saja meminta secara aklamasi memilih Kang Ahmad kembali.
Terserahlah maunya seperti apa. Yang jelas apa yang dilakukan Kang Ahmad untuk prestasi olahraga Jawa Barat di kancah Nasional.dan Internasional patut menjadi pemikiran pemangku kebijakan dan pemilik suara.
Penulis hanya sedikit saran, jika ingin “hattrick” juara umum di PON Sumatera Utara 2024, nahkoda KONI harusnya tetap. Karena perencanaan dan strategi itu ada pada Kang Ahmad. Biasanya kata orang pintar beda koki nanti beda “masakannya”.
Dengan tidak bermaksud apa-apa, karena penulis adalah wartawan olahraga yang selalu berada di lingkungan KONI Jabar, sebaiknya Kang Ahmad dengan “jurus jitunya” di dunia olahraga, patut dipertimbangkan.
Atau paling tidak, Gubernur meminta pendapat Kang Ahmad soal kriteria pimpinan KONI yang akan datang,T tentunya yang memiliki “nada’ sama dengan Kang Ahmad.
Bagaimana? Joelkarnain