KAUM muslim kembali memperingati Maulid Nabi yang dimaknai sebagai kelahiran manusia mulia pembawa risalah Islam yang diutus Allah Swt, untuk seluruh ummat manusia, rahmat bagi semesta alam dan sebagai suri teladan kepemimpinan dunia.
Tidak hanya penyampai risalah, Nabi Muhammad SAW diutus sebagai pelaksana fungsi dan tugas negara.
Memperingati momen kelahiran Nabi Muhammad SAW bukanlah merayakan ulang tahun beliau. Tetapi sebagai upaya memfokuskan kembali mata hati kita pada sosok manusia yang paling berjasa dalam hidup dan peradaban.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Agar kita menjadikan beliau SAW sebagai satu-satunya contoh model dan uswah terbaik dalam menapaki ragam sisi kehidupan.
Karena dalam diri Rasulullah SAW terdapat suri teladan dalam berkeluarga, dalam memimpin masyarakat dan negara, juga ragam aspek kehidupan lainnya.
Risalah yang di bawa oleh Rasul, yaitu Islam sejatinya harus dijadikan landasan berfikir ketika melakukan segala aktivitas.
Artinya, setiap aktivitas yang kita lakukan haruslah sesuai dengan aturan aturan yang ada di dalam Islam itu sendiri.
Disamping itu, Islam juga harus diwujudkan secara praktis melalui keberadaan negara dan peradaban.
Hal ini tampak dari aktivitas politik beliau, baik selama berdakwah di Makkah maupun Madinah.
Di Madinah ditunjukkan oleh aktivitas politik bahwa beliau SAW adalah pemilik wewenang dan tanggung jawab pada level negara.
Beliau adalah pelaksana langsung fungsi asli negara juga sebagai junnah (pelindung) bagi manusia dari berbagai kezaliman dan kerusakan.
Di sisi lain, beliau juga sebagai raa’in, yaitu pihak yang paling bertanggung jawab dalam pengurusan kemaslahatan publik di samping urusan agama.
Seperti aspek pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (kesehatan, pendidikan, sandang dan pangan). Demikian juga perumahan, pemukiman, transportasi dan energi.
Tidak hanya itu, karakter beliau Nabi Muhammad SAW secara personal juga sangatlah patut untuk diteladani seperti takwa, berkepribadian pemimpin tetapi memiliki sifat lemah lembut.
Hubungannya dengan rakyat diliputi nasihat, dan kehati-hatian dari menyentuh harta rakyat.
Berbeda jauh dengan realita yang terjadi saat ini. Dimana fungsi asli negara telah mati.
Kelalaian negara dalam mewujudkan kemaslahatan masyarakat, utamanya dalam pemenuhan hajat hidup asasi, menjadi karakter dan sudah berada pada puncaknya.
Sosok pemimpin yang seharusnya menjadi junnah dan raa’in, tidak nampak sama sekali.
Yang terjadi justru kehidupan bernegara yang diliputi politik transaksional, kecenderungan mempertahankan dinasti kepemimpinan dan hanya mengakomodir oligarki dan pemilik modal.
Rakyat hanya dijadikan sapi perah, yang hanya diperlukan suaranya setiap 5 tahun sekali.
Oleh karenanya, kehadiran kembali kepemimpinan Islam yang menerapkan aturan Islam secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan hari ini adalah perkara urgen yang tidak perlu diperdebatkan lagi.
Lebih dari itu, ia merupakan kewajiban dari Allah Swt. kepada kita semua.
Wallahualam bis showab