BANDUNG, PelitaJabar – Wali Kota Bandung, Oded M. Danial memutuskan memprioritaskan penggunaan maggot dan teknik biopori vertikal sebagai pengolahan sampah. Keduanya dinilai paling memberikan banyak manfaat dan relatif mudah diimplementasikan.
Hal itu juga merupakan bagian dari program Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan sampah (Kang Pisman).
“Dua ini akan kita dorong kepada masyarakat karena lebih mudah,” jelas Oded di Balai Kota Bandung, Senin (06/01/2020).
Maggot adalah larva lalat tentara hitam atau yang lebih populer disebut Black Soldier Fly (BSF). Sebanyak 10.000 maggot dapat menghabiskan 1 kg sampah organik dalam waktu 24 jam.
Maggot juga mengandung protein tinggi dan kandungan gizi untuk pakan ikan dan unggas. Oded melihat sisi ekonomis lain dari penggunaan maggot untuk mereduksi sampah organik.
“Maggot ini bisa untuk pakan ikan dan ayam. Apalagi kalau nanti diolah, masyarakat didorong untuk memproduksi industri pakan sendiri dengan campuran bekatul. Sehingga optimal, sampahnya selesai, nilai ekonominya juga maksimal,” tambahnya.
Sedangkan biopori vertikal, lebih banyak menggunakan perangkat meskipun sederhana. Metode ini menggunakan pipa untuk menampung sampah organik. Biopori vertikal dibuat dengan cara menancapkan pipa sepanjang dua meter ke tanah sedalam 0,5 meter. Pipa ini lalu diisi dengan sampah dan dibiarkan membusuk hingga terurai.
“Ini sudah dilakukan, waktu saya ke Penang, Malaysia waktu itu, ini yang paling efektif di India. Mudah-mudahan di Kota Bandung setelah ada beberapa contoh. Lebih simpel,” katanya.
Oded pun akan meminta jajarannya menyosialisasikannya kepada masyarakat tentang kedua metode ini. Meskipun begitu, ia tak menghalangi warganya jika ingin mengolah sampahnya dengan metode lain, misalnya peuyeumisasi atau takakura.
“Kalau mau cara lain tidak masalah, mereka bebas memilih asal sampahnya diolah,” pungkasnya. Mal