BANDUNG, PelitaJabar – Penulis Eka Kurniawan mengungkapkan, novel merupakan fiksi, dimana masing-masing pembaca memiliki penafsiran masing-masing.
Selain itu, menulis meupakan suatu pekerjaan, dimana sebagai manusia sering lupa, baik itu tentang politik maupun sejarah.
“Kenapa menulis, karena itu pekerjaan, yang nggak serius itu manusia. Sebagai manusia gampang lupa, makanya ibu-ibu kan suka nyatat tuh kalau mau belanja atau ke minimarket. Dan kita sering lupa, baik politik maupun sejarah,” kata Eka saat acara Book Tour di Gamedia Merdeka Bandung Sabtu lalu.
Peraih World Readers Award mencontohkan, baru beberapa dekade saja, kita lupa tentang misalnya peristiwa mahasiswa yang diculik. Lalu kenapa sebagian dari kita menulis, supaya kita bisa ingat, raja-raja bikin prasasti juga supaya kita nggak lupa.
“Setelah mencatat, ternyata butuh semacam aturan main, harus ada sistem, kapan waktunya kita baca,” ucap Eka.
Disinggung judul novel Anjing Mengeong Kucing Menggonggong, menurutnya tidak ada yang mustahil, segala sesuatu bisa saja terjadi.
“Segala hal mungkin terjadi jika Tuhan menghendaki. Novel saya berjudul AMKM, dalam arti kucing kan nggak menggonggong, tapi kalau Tuhan menghendaki boleh aja kan,” katanya disambut tawa peserta.
Sebenarnya tambah dia, kata – kata tersebut tidak ada di dalam novelnya sendiri. Tapi judul sementara itu terus ada hingga Eka menyelesaikan novelnya.
“Lalu terpikir oleh saya, kasih judul apa ya, akhirnya oke juga nih judul. Sebetulnya novel kan seperti cerita fiksi gitu, dimana ketika sudah dibaca, apa yang dimaksud oleh penulisnya, kemudian terserah pembaca mau menafsirkan seperti apa. Disitu juga, meskipun tidak ada eksplisit di novel, ya terserah pembaca saja,” pungkas Eka. ***