BANDUNG, PelitaJabar – Tahukah anda, bagaimana sejarah Gedung Pos Telepon dan Telegrap (PTT) yang sekarang menjadi Kantor Pos Indonesia di Jalan Cilaki No 73 Bandung, tepatnya berada di sayap timur Gedung Sate.
Gedung yang merupakan landmark kota Bandung itu, memiliki lahan seluas 706 m2 merupakan bagian dari Gedung Sate.
Peletakan batu pertama gedung ini dilakukan tanggal 27 Juli 1920 oleh Johanna Catherine Coops, putri sulung walikota Bandung saat itu B. Coops, bersama Petronella Roelesfen yang menjadi Wakil Gubernur Jenderal J.P Graaf Van Limburg Strium.
Gedung yang mulai dibuka tahun 1931 dirancang oleh J. Berger dan Leutdsgeboulwdienst, dibantu oleh Dr. Hendrik Pettrus Berlage, seorang maestro Belanda di bidang arsitektur. Gedung ini membentuk sudut 45 derajat terhadap Gedung Sate.
Pada masa revolusi Indonesia, perjuangan merebut gedung ini menjadi kisah heroik.
Pasalnya, saat Jepang mengakui kekalahan terhadap Amerika Serikat dalam Perang Dunia II, saat itu Jepang harus mempertahankan seluruh aset dan jalur penguasaan wilayah untuk diserahterimakan kepada pihak Sekutu, termasuk pemerintah Indonesia.
Nah, peran Angkatan Muda Pos Telepon dan Telegrap (AMPTT) yang dipimpin oleh Soetoko dan pejabat tinggi PTT Mas Soeharto dan R. Dijar, menuntut kesediaan Jepang segera menyerahkan kekuasaan atas PTT.
Akhirnya pada 27 September 1945 Jepang menyerahkan Gedung Kantor Pusat kepada AMPTT.
Mulai hari itu penguasaan atas aset dan pengendalian gedung PTT dilakukan oleh AMPTT. Selanjutnya nama-nama pejuang AMPTT dituliskan dalam monumen di depan gedung tersebut. ***