BANDUNG, PelitaJabar – Tak ada waktu jeda, begitu selesai Training Camp (TC) di Korea, para atlet Tinju PON XXI Jawa Barat langsung terbang ke Medan, Sumatera Utara (Sumut) guna menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI yang bakal berlangsung 8 hingga 20 September 2024.
“Recana kembali dari Korea tanggal 31 Agustus 2024. Besoknya tanggal 1 September anak-anak langsung saya boyong ke Medan,” kata manejer muda Riga Haruman kepada PJ Selasa (27/8/2024).
Disebutkan, pertandingan Cabang Olahraga (Cabor) tinju baru akan dimainkan mulai tanggal 8 hingga 19 September di Kabupaten Pematang Siantar, Sumut.
Beberapa hari kepulangan atlet tinju yang tengah bertapa di Korea ini, kondisi fisik secara Umum baik, bahkan semakin meningkat. Hal itu karena jadwal sparing setiap 2 hari sekali.
“Anak-anak secara fisik dan tehnik benar-benar teruji. Mereka untuk sparing saja melakukann tour ke setiap Kota dan Kabupaten di Korea. Saya pikir ini menu latihan yang luar biasa yang didapat atlet-atlet tinju Jabar,” ucap Riga.
Sebagai mantan atlet tinju Nasional, Riga, tahu persis bagaimana tekanan mental dan ketegangan yang dihadapi para atletnya menjelang menghadapi PON di Sumut.
Untuk membantu mengatasi tekanan tersebut, pihaknya telah menyiapkan jurus jitu.
“Sebagai manajer saya harus bisa menjadi pendengar yang baik dan memberikan dukungan emosional kepada atlet. Mendorong mereka untuk berbicara tentang perasaan dan kekhawatiran mereka, sehingga dapat membantu melepaskan tekanan,” terang Riga.
Selain itu, calon kuat Ketua Umum Pengprov Pertina Jabar ini, atlet diminta fokus pada latihan mental.
“Kepada pelatih saya titip untuk mengajarkan teknik-teknik relaksasi, meditasi, atau visualisasi positif kepada atlet. Sehingga dapat membantu mereka mengelola stres dan meningkatkan fokus. Berikan umpan balik positif. Tentu dengan memberikan pujian dan apresiasi kepada atlet,” paparnya.
Begitu pentingnya untuk mendampingi atlet menjelang menghadapi PON, Riga juga selalu melakukan hubungan lewat video-call saat latihan dan bahkan juga saat atletnya sedang sparing.
“Kesempatan itu saya manfaatkan pula mengajarkan atlet strategi pengelolaan stres seperti pernapasan dalam, olahraga, atau teknik pemecahan masalah dapat membantu mereka menghadapi tekanan dengan lebih baik,” katanya.
Dengan menciptakan lingkungan tim yang saling mendukung, dapat membantu atlet merasa lebih nyaman dan terhubung dengan rekan-rekannya. Sehingga dapat saling mengatasi tekanan. Joel