Sekjen API : Indonesia Belum Swasembada

- Penulis

Kamis, 27 Februari 2020 - 17:57 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BANDUNG, PelitaJabar – Asosiasi Perstekstilan Indonesia (API) menilai, untuk menahan serbuan produk impor, diperlukan perbaikan dari hilir ke hulu.

“Kita harus kondisikan supaya market dalam negeri ini jangan dikuasi oleh produk impor, harusnya kita perbaiki dari hilir dulu, karena memang tahun lalu belum siap, karena belum siap, petisionernya,” jelas Sekjen API Kevin Hartanto disela seminar Teknologi Tekstil Cotton Council International (CCI) bertema Cotton Usa Technical Seminar Economic of The Mill di Hotel Aryaduta Bandung Kamis (27/02/2020).

Menurutnya, kebutuhan bahan baku seperti kapas tidak bisa di produksi di indonesia.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Namanya kapas, memang tidak bisa di produksi, sudah pasti impor. Buat indonesia pemintalan industrinya, kalau punya keleluasaan, dia bisa impor dari manapun, kapas amerika, india, australia, Thailand. Beda dengan China, ada petani kapas, pemerintah China begitu melindungi dalam negeri karena ngurus penduduk 1,6 miliar ini kan harus punya kerja, jadi petani kapas ini harus dipastikan dulu, diserap dulu oleh industri dalam negerinya, kurang, baru impor, dan harganya juga di jaga,” ucap Kevin.

 

 

Terkait perubahan status WTO, menurutnya pasti berpengaruh. Jika saat ini Indonesia di kategorikan sebagai negara maju, ekspor dunia akan lebih susah.

“Sekarang buktinya, kalau negara maju, safeguare, meskipun pangsa impornya kecil nih ke indonesia, karena kategori negara maju, kita pasti kena. Yang kita ingin negosiasi,” paparnya.

Meski begitu, tentunya ada peluang dan tantangan.

“Kalau sekarang kita bicara untuk industri dalam negeri yang orientasi ekspor, itu peluang. Bayangkan sekarang, banyak negara negara yang biasa di suplay dari dari China, mereka mulai nyari nih, kain atau apa salah satu di Indonesia, karena kita kan produsen,” jelasnya.

Sementara Tantangannya, seperti garmen, dimana selama ini eksportirnya garmen, menggunakan kainnya bukan kain dalam negeri.

“Sekarang kalau dikejar deadline, harus ekspor tapi bahan bakunya dari China terhambat, pasti kehambat juga dong,” tegas dia.

Menurut Kevin, Indonesia belum swasembada.

“Begitu ada masalah begini, ada beberapa industri, begitu dia harus nyari sourching dari lokal, bingung, siapa yang bikin kain ini, bahan ini darimana dan sebagainya, bingung kan,” pungkas Kevin. Mal

Komentari

Berita Terkait

Cetak Advokat Handal, DPD FERARI Jabar dan STAI Siliwangi Gelar PKPA
Penutupan AAYF 2025, Farhan Sebut Bandung Adalah Kota dengan Ragam Budaya Berkumpul dan Bersatu
Vakum 11 Tahun, Farhan Harap Pasar Seni ITB Jadi Agenda Rutin
Malaysia Hingga India Hadiri Pembukaan Asia Africa Festival 2025
Uji Tabrak TIGGO 9 Kecepatan 50KM/Jam, Hasilnya Luar Biasa
Keren, Karya Kriya Tekstil dan Fashion Tel-U Pernah Kolab Bareng Desainer Ternama
bank bjb Perkuat Sinergi dengan Pemkab Kuningan Lewat Pinjaman Daerah
Dadi Ahmad Roswandi Nakhodai IKASMANTIKA 2025–2030

Berita Terkait

Senin, 20 Oktober 2025 - 18:36 WIB

Cetak Advokat Handal, DPD FERARI Jabar dan STAI Siliwangi Gelar PKPA

Senin, 20 Oktober 2025 - 17:32 WIB

Penutupan AAYF 2025, Farhan Sebut Bandung Adalah Kota dengan Ragam Budaya Berkumpul dan Bersatu

Senin, 20 Oktober 2025 - 17:21 WIB

Vakum 11 Tahun, Farhan Harap Pasar Seni ITB Jadi Agenda Rutin

Senin, 20 Oktober 2025 - 17:08 WIB

Malaysia Hingga India Hadiri Pembukaan Asia Africa Festival 2025

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 20:11 WIB

Keren, Karya Kriya Tekstil dan Fashion Tel-U Pernah Kolab Bareng Desainer Ternama

Berita Terbaru

Wali Kota Bandung saat meninjau Pasar Seni ITB. PJ/Dok

FEATURED

Vakum 11 Tahun, Farhan Harap Pasar Seni ITB Jadi Agenda Rutin

Senin, 20 Okt 2025 - 17:21 WIB