Di BANDING daerah lain, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Cilegon relatif kecil. Terdapat 22.000 UMKM terdiri 70 persen Kuliner dan 30 persen non-Kuliner. Tentunya hal ini bertolak belakang, dimana Cilegon merupakan salah satu kota strategis.
Kota Cilegon, Provinsi Banten, terletak di ujung barat laut Pulau Jawa, di tepi Selat Sunda, dikenal dengan sebutan Kota Baja, sebab Cilegon merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara. Setiap tahun, Kawasan Industri Krakatau Steel Cilegon, menghasilkan sekitar 6 juta ton baja.
Terkait UMKM di kota tersebut,beberapa langkah yang harus segera direalisasikan, seperti perlunya keterbukaan lapangan pekerjaan baru, dan peningkatan sumberdaya, terutama berbasis lokal (Endaryono & Djuhartono, 2018).
Lalu diperlukan pengembangan masyarakat khususnya para pelaku UMKM untuk menciptakan pemain – pemain usaha baru dalam mengembangankan produk lokal kota Cilegon.
Tak hanya itu, lapangan kerja baru bagi masyarakat tentunya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri karena UMKM memiliki potensi meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja (Supriyanto, 2012).
Namun dari permasalahan diatas, yang paling utama adalah minat Masyarakat pada UMKM 50/50 alias fifty fifty.
Karena itu, guna menggejot minat masyarakat terhadap produk UMKM, salah satunya sosialisai di tiap kelurahan dan kecamatan.
Sementara untuk pelaku usaha diantaranya kurangnya inovasi, akses pemasaran serta legalitas atau izin usaha para pelaku bisnis (Ariani & Utomo, 2017).
Pada dasarnya, potensi untuk mengembangkan produk lokal Kota Cilegon sangat menjanjikan. Tentu saja membuat dunia kuliner semakin beragam.
Lihat saja Emping Melinjo, olahan daging degdeng, Ceplis dengan berbagai rasa, sate bandeng, kue engkak, gipang, bakso ikan lele, kerupuk dapros, sambal buroq dan rabeg.
Belum lagi makanan tempo dulu seperti bolu kuwuk, rengginang adalah makan yang terkenal legend di Kota ini.
Tak melulu kuliner, Kota Cilegon juga kaya dengan kreasi seni dan pariwisata. Kurang siapnya UMKM dalam menghadapi tantangan globalisasi revolusi industri, perlu dorongan serta pendampingan secara intensif agar terciptanya iklim usaha yang baik.
Meski jauh dari kata ideal, namun peluang menciptakan bisnis baru di masyarakat sangat tinggi. Terlebih keinginan masyarakat untuk berwirausaha, didukung daya beli masyarakat Cilegon yang tinggi, sebesar 77,93 (BPS, Cilegon Dalam Angka, 2018), tentu saja bukan suatu mustahil.
Dalam Restra Dinas Koperasi Kota Cilegon 2016-2021 terdapat beberapa tahap yang ditetapkan dalam RPJP tahun 2005-2025. Salah satunya menjadikan kota Cilegon yang Mandiri dan Sejahtera.
Fokus prioritas pembangunan diarahkan pada peningkatan kemitraan UMKM melalui bazar-bazar, market place, acara kedinasan, menggunakan link and match dari hulu ke hilir, menumbuhkan industri padat karya, usaha berbasis teknologi, penguatan pemberdayaan ekonomi lokal dan penerapan konsep one village one product dalam pengembangan UMKM. (Disperindag, 2018). ***
Tulisan ini untuk memenuhi mata kuliah karyawisata di program Magister Manajemen Inovasi STEMBI Bandung. Melalui Field Trip ke 3 propinsi, saya mengunjugi Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di antara 3 propinsi tersebut, saya tertarik dengan UMKM di Kota Cilegon, yang terkenal sebagai Daerah Sentra Industri. ***