BANDUNG, PelitaJabar – Sedikitnya 300 peserta dari kalangan pelajar dan mahasiswa menyemarakkan kegiatan Safari Jurnalistik dan Penguatan Literasi Keuangan di Universitas Pasundan (UNPAS) Gedung Rektorat Lantai 8, Bandung, Kamis 28 November 2024.
Mengangkat tema Safari Jurnalistik “Penguatan Literasi Menuju Generasi Mandiri” hasil kolaborasi bank bjb, Universitas Pasundan, OJK, Satgas Antirentenir Kota Bandung, Inilah Koran dan Republika, disambut antusias pelajar dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpas.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pasundan (Unpas) Bandung, Dr. H. Juanim,S.E.,M.Si mengapresiasi kegiatan penguatan literasi bagi kalangan generasi muda.
Menurutnya, literasi hal penting yang harus didorong dan ditingkatkan bagi kalangan generasi z. Terlebih di tengah kondisi saat ini, literasi di Indonesia sangat memprihatinkan.
“Saya berharap kegiatan-kegiatan penguatan literasi seperti ini dapat terus digencarkan di masa mendatang. Terima kasih kepada teman-teman yang sudah menginisiasi kegiatan ini dan juga para pendukung kegiatan baik dari OJK, Satgas Antirentenir Kota Bandung dan juga bank bjb,” paparnya.
Sementara Analis Senior Deputi Direktur Pengawasan Perilaku, Pelaku Usaha dan Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Iman Kadarusman Nuhraga menilai, pengenalan tugas pokok dan fungsi OJK serta fenomena pinjaman online ilegal, penting bagi generasi muda.
“Pentingnya literasi keuangan untuk seluruh kalangan mulai dari generasi baby boomer hingga generasi Z. Tindakan tanpa didasari pengetahuan, akan berujung negatif,” tegasnya.
Menurut Iman, saat ini pinjaman online (pinjol) sangat mudah diakses oleh masyarakat termasuk mahasiswa. Namun, ketika hendak menggunakan pinjol karena kebutuhan haruslah dibarengi dengan kemampuan untuk mengembalikan.
“Yang terjadi selama ini, banyak kalangan yang menggunakan pinjol tidak didasari atas kebutuhan. Selain itu, mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengembalikan pinjaman tersebut,” ucapnya.
Dia pun menyoroti budaya generasi muda yang cenderung mengedepankan gaya hidup, dan terpengaruh oleh lingkungan. Dia mengingatkan, apabila tidak darurat, lebih baik tidak usah menggunakan pinjol.
“Kalau nggak penting banget, mending nggak usah. Iya, mending nggak usah. Kalau penting banget, usahakan yang kita punya kewajiban. Kita ngagunin apa berarti kita bertanggung jawab untuk ngembalikan agunan,” tambah dia.
Sementara Satgas Anti Rentenir Saji Sonjaya mengatakan, pihaknya menerima ribuan aduan tentang mahasiswa yang menggunakan pinjol. Termasuk mereka yang terjerat pinjol ilegal.
“Satu tahun pengaduan mencapai 2.000,” kata Saji Sonjaya.
Dia mengimbau kepada masyarakat, jika tidak bisa membayar, bisa mengadukan kepada satgas anti rentenir Kota Bandung.
“Tapi yang paling penting, kalau kita tidak betul butuh uang. Jangan pernah coba coba pinjol, apalagi ilegal karena akan ketagihan,” pungkasnya. ***