BANDUNG, PelitaJabar – Jawa Barat merupakan daerah berpenduduk tertinggi yakni hampir 50 juta jiwa. Jumlah itu berbanding lurus dengan tingginya masalah termasuk stunting.
“Hasil pendataan kami menunjukkan saat ini terdapat 1.665.674 keluarga berisiko stunting di Jawa Barat,” jelas Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Jawa Barat Dadi Ahmad Roswandi saat buka puasa bersama insan media yang tergabung dalam Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) di Bandung Selasa, 18 Maret 2025.
Karena itu, BKKBN Jabar menargetkan Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting (Genting) sedikitnya 207 ribu anak di Jawa Barat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Target tersebut diharapkan bisa tercapai melalui kolaborasi multipihak termasuk kader pos pelayanan terpadu (Posyandu), influencer parenting, psikolog anak, dokter spesialis anak, lembaga swadaya masyarakat, dan pemerintah daerah,” kata Dadi.
Dia melanjutkan, angka 1.665.674 keluarga berisiko stunting (KRS) merupakan hasil pendataan terhadap 13.826.198 keluarga di Jawa Barat.
“Dari 1.665.674 KRS di Jawa Barat, 903.445 keluarga di antaranya tidak memiliki jamban keluarga secara layak. Ada juga 191.518 keluarga tidak punya sumber air minum layak. Dua komponen tadi turut menjadi penentu sebuah keluarga masuk kategori KRS atau tidak,” tegasnya.
Strategi utama BKKBN menurunkan prevalensi stunting adalah optimalisasi pencegahan, dimulai skrining calon ibu agar bayi yang dilahirkan tidak stunting. Lalu intervensi kepada ibu hamil dan ibu menyusui hingga anak berusia dua tahun atau 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
“Kalau kita mengejar anak yang stunting menjadi tidak stunting, keberhasilannya hanya 20 persen. Namun, dengan mencegah lahirnya bayi stunting baru, keberhasilannya lebih dari 80 persen,” pungkas Dadi.
Hadir Ketua Komisi Informasi Jawa Barat Husni Farhani Mubarok dan Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jawa Barat Eva Fandora. ***