SEBAGAI salah satu kewajiban untuk Tugas Mata Kuliah Karya Wisata di MMI STIE STEMBI Bandung, penulis diharuskan melakukan perjalanan ke 3 Propinsi di Indonesia.
Alhasil penulis memutuskan melakukan perjalan ke beberapa kota, bukan lazimnya seperti perjalanan refreshing biasa, namun disini penulis mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari orang-orang sukses.
Tugas karya wisata dilakukan ke Daerah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Berakhir di Propinsi Sumatra Selatan, tepatnya ke Martapura.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Persiapan akomodasi, administrative terkait surat perijinan dari Kampus untuk tempat tujuan sudah disiapkan jauh hari. Tak perlu menunggu lama, berkat teknologi yang kian canggih, semua urusan surat menyurat selesai dalam hitungan menit.

Perjalanan karya wisata melalui Jalur Pantai selatan sehingga dapat berkunjung ke beberapa tempat wisata alam, seperti Pantai Jetis, Karang Bolong, Petahana dan Pangandaran.
Sedangkan destinasi di Sumatra Selatan, menggunakan kapal verary dari Tanjung Merak, berkunjung keperkebunan Sawit dan karet, menjadi pelengkap tugas mata kuliah ini menjadi makin berkesan.
Lalu Penulis bekunjung Ke Masjid Masjid, tidak hanya sekedar menyelesaikan tugas perkuliahan, namun sebagai seorang muslim, senantiasa berusaha beribadah di Rumah Allah.
Menurut penulis, Masjid adalah tempat transit yang sangat menenangkan, tidak sekedar menghilangkan rasa lelah, namun dapat meningkatkan kembali nilai rukhiyah.
Penulis berkesempatan mengunjungi Masjid Jogokariyan di Jogyakarta, Masjid Mujahiddin di Majenang, Masjid Baetul Bakti Banjar, Mesjid Sabilul Muttaqin di Martapura, Masjid Jami’ Nurul Hidayah Pemetung Basuki.
Penulis juga bersilaturahim Kepada Tokoh Masyarakat pengurus masjid setempat, diantaranya H. M. Khalid Mawardi, S.Sos. M. Si.
Beliau adalah Ketua DKM dan mantan Bupati Martapura yang mendapatkan Kalpataru Adipura Kota Terbersih.

Tak hanya itu, bapak Khlaid pun mendirikan Universitas di Martapura, beliau merupakan sosok pemimpin yang ramah, bersahaja dan sarat dengan ilmu.
Karena banyak sekali historis yang diceritakan terkait Pendirian Masjid. Dia juga mengisahkan pengalaman dalam mengajak warga untuk beribadah sholat Jumat perdana di Masjid yang baru dibangun. Bahkan, dirinya tidak sungkan memberikan masukan dan nasihat terkait Inovasi.
Sedangkan H. Muhammad Amin, merupakan Ketua Yayasan dari Masjid Mujahidin. Diusianya yang sudah tidak muda lagi, cita-cita dan harapan Muhammad Amin sangat tinggi, dimana lokasi masjid berada tepat didepan bangunan Sekolah Menengah Atas (SMU).
Berkat semangat yang gigih dalam membina generasi, Masjidnya selalu digunakan untuk kegiatan kebersamaan Jama’ah dari beberapa Desa di Kota Majenang.
Sementara Bapak M. Syaripudin, pengurus Masjid Jogokariyan, menceritakan asal mula Masjid Jogokariyan, dimana awalnya lingkungan tersebut tidak kondusif, namun berkat kegigihan dan upaya yang dilakukannya, akhirnya masyarakat menjadi agamis dan makmur.

Di Masjid Jogokariyan, berbagai tamu berkunjung ke masjid ini. Tak hanya domestik, bahkan tamu dari berbagai negara yang ingin study banding mempelajari manajemen mesjid, pernah singgah.
Bagi penulis, tidak ada yang mustahil jika ingin perubahan dapat terwujud berkat orang orang yang kreatif dan ber inovasi tinggi seperti halnya bapak M. Syaripudin.
Masjid memiliki peta dakwah jelas, data base penduduk, dan sejumlah program demi meningkatkan iman dan ketaqwaan para jamaah.
Masjid sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat, ATM beras, menjadi tulang punggung warga, Pembinaan Ummida, takmir, shufah dan lain sebagainya.
Masjid fenomenal di era tekologi dan informasi, adalah Mesjid yang melakukan sinkronisasi terhadap perkembangan dan perubahan zaman.
Penuh kreatifitas dan inovasi, memfungsikan peran masjid seperti pada zaman Rasulullah sesuai dengan panduan Alquran, sebagai Masjid Percontohan di era Milenial.
Semoga kunjungan penulis dari satu masjid ke masjid ini, dapat diambil pelajaran dan hikmah.
wallahualam bisawab ***