BANDUNG, PelitaJabar – Tidak hanya di perkotaan, Desa-desa di Jawa Barat (Jabar) juga bergerak cepat tangani dan cegah penyebaran COVID-19. Dengan membentuk Gugus Tugas Desa Siaga COVID-19 semua aparatur desa bahu-membahu melawan Severe Acute Respiratory Syndrome Virus (SARS-CoV-2), virus penyebab COVID-19.
Gugus Tugas Desa Siaga COVID-19 memiliki tiga tugas utama. Pertama mencegah penyebaran COVID-19. Mulai dari penerapan physical maupun social distancing, sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), sampai memperketat pengawasan mobilitas warga yang masuk daerahnya.
“Kami mendata penduduk yang rentan sakit, penduduk yang datang, penduduk yang pulang mudik dari provinsi lain atau bahkan luar negeri, untuk mendeteksi penyebaran dengan memantau pergerakan masyarakat,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jabar Dedi Sopandi, Rabu (8/04/20).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain pendataan, Gugus Tugas Desa Siaga COVID-19 bertugas mengidentifikasi fasilitas-fasilitas desa untuk dijadikan ruang isolasi. Kemudian, masih dalam aspek pencegahan, Gugus Tugas Desa Siaga COVID-19 rutin mengedukasi masyarakat, salah satunya dengan pemasangan spanduk yang berisi informasi krusial.
“Tentang rumah sakit rujukan, nomor telepon, dan lain sebagainya. Pemantuan terhadap Orang Dalam Pemantauan (ODP) dilakukan, meminta kepada pemudik untuk isolasi diri selama 14 hari, dan memastikan tidak ada kegiatan yang bersifat massal atau ada kerumunan,” ucap Dedi.
Gugus Tugas Desa Siaga COVID-19 diketuai oleh kepala desa dan terdiri dari banyak unsur. Mulai dari bidan desa, ketua Rukun Tangga (RT), ketua Rukun Warga (RW), pendamping keluarga harapan, PKK, Karang Taruna, Puskesmas, sampai unsur mitra seperti Babinsa, Babinkamtibmas, dan Patriot Desa.
Keterlibatan banyak pihak dalam Gugus Tugas Desa Siaga COVID-19 bertujuan agar penanganan dan pencegahan COVID-19 berjalan cepat, tepat, dan menyeluruh. Ambil contoh disinfeksi, ketua RT dan RW harus berkoordinasi dengan Puskesmas untuk menentukan disinfektan yang aman.
“Potensi lokal desa itu harus kolaborasi seperti itu karena titik akhir penanganan adalah warga-warga di level desa, RT, RW, mereka adalah ujung tombak agar penyebaran COVID-19 tidak meluas,” ucap Dedi.
Di Desa Pangauban, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, sudah dilakukan pendataan pemudik, penyemprotan disinfektan, dan penyediaan alat cuci tangan di sejumlah titik.
“Kami meminta kepada masyarakat yang pulang kampung untuk isolasi diri. Jangan berinteraksi dengan masyarakat lain dulu selama 14 hari,” pungkas Kepala Desa Pangauban Dede Kusdinar. Rls
foto : republika.co.id