SEGALA sesuatu yang akan dicapai, jika dilakukan bersama, pastinya akan lebih mudah dan membuahkan hasil maksimal.
Lihat saja cabang olahraga sepakbola, dimulai dari manejer tim, pemain, “pelatih”, asisten pelatih, pelatih fisik, dokter tim dan maseur akan bersatu guna mewujudkan target menang menghadapi lawan-lawannya.
Pemain akan bekerjasama untuk membangun sebuah serangan dengan mencari peluang dan menjebol gawang lawan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Team-work antar lini pasti menghasilkan gol yang diiharapkan.
Filosofi kerjasama tim, tidak hanya di olahraga sepabola saja, namun menyentuh semua cabang olahraga.
Artinya, semua komponen bekerjasama menjalankan fungsinya masing-masing demi mencapai prestasi tertinggi, terutama dari sisi pelatih.
Tak ada atlet yang ujug ujug lahir atau hadir pada sebuah pertandingan tanpa ada yang membentuknya menjadi atlet.
Tentunya disitu ada peran seorang pelatih.
Pelatih mempunyai tugas sebagai perencana, pemimpin, teman, pembimbing dan pengontrol program latihan.
Sedangkan atlet melakukan latihan sesuai program yang telah ditentukan pelatih.
Pelatih menjadi faktor penting di balik kesuksesan prestasi para atlet. Dan itu menjadi tak terbantahkan.
Bahkan atlet yang memiliki bakat alam sekali pun, tetap membutuhkan pelatih guna mempertajam kemampuannya.
Pelatih yang sudah teruji dan tersertifikasi, pasti tahu apa yang akan dilakukannya.
Terlebih, peralatan semakin canggih dengan metode IT yang kian moderen.
Penggunaan berbagai disiplin ilmu pengetahuan untuk meningkatkan performa, pelatihan, analisis, dan pengalaman olahraga, tidak terlpas dari teknologi olahraga yang mencakup berbagai bidang.
Dianyatanya seperti teknologi yang dapat dikenakan, analisis data, realitas virtual dan E-gaming.
Itulah pelatih. Ilmu kepelatihan yang dimilikinya sangat “Mahal”.
Tapi sayang, setiap berhasil mendampingi atlet dalam berbagai event apa pun, mau single event atau pun multli event, pelatih selalu tidak mendapatkan “reward” sepadan dengan jerih payahnya mencetak atlet handal.
Kata orang bijak “jauh panggang dari api”. Apa iya demikian?
Dan apakah ini akan terjadi pada saat pemberian bonus PON XXI tahun 2024 di Aceh-Sumut? Semoga saja tidak.
Beberapa keluhan pelatih secara langsung sering penulis temukan di lapangan terkait “bonus” yang mereka dapatkan di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON).
Berbeda dengan atlet yang dibinanya, selain mendapar julukan sebagai pahlawan, bonus melimpah juga menanti.
Lihat saja ketika Jabar menjadi Juara Umum PON Jabar dan Papua, berbagai bonus mulai dari nilai uang yang fantastis, hadiah mobil hingga rumah, mereka dapatkan.
Tapi apa yang didapat seorang pelatih? Jauh berbanding dengan para atlrt yang dilatihnya.
Miris, namun itulah realita yang kita saksikan selama ini.
Pertanyaannya, apakah daftar penerima bonus atlet, pelatih, mekanik dan offisial Kontingen PON XXI Jabar sudah masuk ke meja Pejabat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar? Semoga saja belum. Sehingga jeritan batin para pelatih di dengar dan dipertimbangkan untuk diperbaiki oleh para pejabat yang memiliki nurani.
Kini, “Jabar Hattrick” yang digaung-gaungkan sejak lama, berhasil diraih melalui tangan-tangan andal para pelatih kepada para atlet.
Semoga, impian dan harapan para pahlawan dibalik layar itu, tercapai sesuai dengan jerih payah mereka yang berhasil mengantarkan Jabar Hattrick Juara.
Salam olahraga & Salam Sportifitas. Joelkarnain