MENYIAPKAN SDM yang mumpuni dan berkualitas, dimana nantinya akan mengisi dan mengelola negeri ini tentunya kewajiban negara.
SDM penentu maju tidaknya suatu negeri, atau justru terpuruk. Maka penting menyiapkan SDM yang berpotensi sebagai modal bagi negeri ini.
Dikabarkan, Gubernur Jawa Barat Mochamad Ridwan Kamil menilai investasi dalam dunia pendidikan penting guna melahirkan orang-orang berkompeten. Untuk itu, dibuatlah Program Jabar Future Leader Scholarship (JFLS) yang diharapkan mampu menopang Indonesia menjadi negara adidaya pada 2045.
Berbicara tentang kemajuan suatu negara termasuk wilayah yang ada didalamnya, tentunya SDM menjadi salah satu pilar penopangnya.
Hanya saja, ada beberapa catatan yang layak untuk dicermati sebelum berambisi menjadi negara adidaya.
Pertama, membangun SDM unggul haruslah dipandang secara teliti dan menyeluruh. SDM seperti apa yang harus disiapkan? Harapannya, bukan sekadar mewujudkan SDM yang memiliki kecerdasan intelektual, tapi juga memiliki kecerdasan spiritual dan emosional.
Kedua, memastikan dulu rakyat dapat merasakan pendidikan semua jenjang, terutama pendidikan tinggi. Berapa persen anak-anak yang mampu mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi?
Program beasiswa yang saat ini dicanangkan pun misalnya, ternyata tidak cukup menampung semua anak yang terkategori kurang mampu. Terlebih, harus memenuhi syarat yang ditentukan.
Terbatasnya kriteria penerima beasiswa sering kali menjadi penghalang bagi anak-anak yang mungkin tidak terlalu pintar tidak mudah mengaksesnya. Ketimpangan akses pendidikan ini disinyalir disebabkan oleh adanya kapitalisasi pendidikan.
Maka dari itu, jika benar-benar menginginkan SDM unggul hendaknya juga mesti merata ke semua lapisan masyarakat.
Selain itu jaminan dan perlindungan atas kebutuhan dasar mereka pun harus dipenuhi terlebih dulu. Kesejahteraan ekonomi sangat berpengaruh pada pembangunan manusia.
Oleh karenanya, SDM unggul hanya bisa terwujud tatkala sistem pendidikannya bertujuan membentuk manusia-manusia cerdas iptek sekaligus kaya imtak (iman dan takwa).
Hal itu hanya bisa diwujudkan dengan sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang berpadu dengan sistem politik ekonomi yang menyejahterakan.
Kapitalisme mungkin berhasil melahirkan manusia cerdas. Namun, sejatinya ia gagal menjadikan manusia berkepribadian mulia. Mari lihat bagaimana sistem Islam sukses membangun manusia unggul dari aspek fikriyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap).
Bukan hanya melahirkan sosok ilmuwan cerdas atau pemimpin yang potensial, tapi juga memiliki kepribadian yang baik. Kecerdasan ilmu yang mereka miliki didedikasikan untuk kemaslahatan umat. Mereka gunakan ilmunya untuk menciptakan berbagai hal yang bermanfaat bagi rakyat dan negara.
Negara pun memberikan penghargaan yang begitu tinggi atas jerih payah ilmu dan temuan teknologi mereka kala itu. Itulah kehebatan Islam.
Kecerdasan berbalut keimanan menghasilkan ilmu yang memberi manfaat bagi kehidupan. Kunci kegemilangan peradaban Islam saat itu adalah menjadikan Islam sebagai peta jalan menjalankan roda pemerintahan.
Sistem pendidikan Islam secara gemilang mencetak generasi cemerlang. Fakta sejarah sudah membuktikan hal itu. Tidakkah kita merindu sistem yang mampu mewujudkan generasi cerdas dan bertakwa, serta lahirnya para pemimpin yang amanah?
Penerapan Islam secara paripurna (kaffah) dalam tatanan kenegaraanlah yang mampu mewujudkannya.
SDM unggul itu adalah generasi yang cerdas akalnya, mulia ahlaknya, dan kuat imannya. Sehingga, lahirnya para pemimpin potensial dan amanah yang takut kepada Allah SWT menjadi sebuah keniscayaan.
Wallahualam