BANDUNG, PelitaJabar- Apa yang dilakukan Pengurus Cabang Olahraga (Cabor) sudah menjadi bagian dari evaluasi. Tentunya Try-In dan Try-Out, termasuk kegiatan Kejuaraan luar negeri yang sudah terjadwalkan.
Demikian Fery Hendarsin Bidang Pembinaan Prestasi KONI Jawa Barat terkait pelaksaan Try-In, Try-Out serta kejuaraan luar negeri yang dilakukan menjelang Pekan Olahraga Nasional (PON) PON XXI 2024 di Sumut-Aceh.
“Dari sisa waktu yabg ada ini, saya kira dari sisi fisik, dari sisi tehnik dan secara taktik, serta srategis sudah mereka lakukan. Tinggal sebetulnya yang kita dorong ini sebenarnya adalah masalah mental,” jelas Fery kepada PJ Senin (8/7/2024).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Jadi tambahnya, bagaimana konekting antara fisik dan mental para atlet.
Contohnya sebut pelatih silat langganan Nasional ini adalah si atlet ingin bermain percaya diri, tapi masih ada rasa takut.
Untuk itu, bidang psikologis begitu gencar dan dashyat berkeliling hampir kesemua Cabor.
“Bahkan sudah ada yang dua kali dan tiga kali yang mereka kunjungi Cabor. Dan ini yang menjadi pokok di sisa waktu ini yang kita tekankan,” beber Kang Fery, begitu dia akrab dipanggil.
Pada ujicoba yang dilaksanakan cabor, “safety first” (keselamatan yang utama) adalah yang paling mendapat perhatian serius.
Karena waktu menjelang PON digelar, yang pendek.
“Ujicoba yang dilakukan bukan mencari kemenangan. Ada pun explorasi skill yang mereka lakukan itu sah-sah saja dan boleh dilakukan. Hanya tentu dalam batas-batas tertentu. Karena saya kira apalagi dengan cabor beladiri yang kontak body, ini juga harus dijaga. Jadi saya pikir, itu yang harus menjadi perhatian,” ucap Kang Fery.
Dikatakan, saat ini semua cabor sudah melakukan Try-Out. Kecuali Cabor yang penilaian dan terukur yang masih bisa melakukan sekali atau dua kali lagi.
“Cabor beladiri pada Minggu ketiga bulan Juli ini, mau tidak mau sudah harus berhenti melakukan try-out,” tegasnya.
Secara keseluruhan try-out yang dilakukan cabor diakuinya ada beberapa evuasi.
“Rata-rata mereka berangkat itu, jeda waku istirahat sangat kurang. Ini juga harus menjadi perhatian. Kedua adalah masalah iklim dan cuaca ini juga menjadi bagian yang harus diperhitungkan. Sehingga bagian dari itu, maka aklimatisasi menjadi sebuah keharusan sebetulnya. Karena kita ada dalam ketinggian 700 atau 1000 meter dari permukaan laut gitu. Sementara kita disana main di ketinggian 400 atau 500 gitu ya. Sehingga cuaca sangat berpengaruh,” tuturnya.
Dijelaskan, sebenarnya cabor-cabor itu tidak begitu membutuhkan aklimatisasi dibandingkan dengan Cabor yang membutuhkan endurance.
“Kalau yang membutuhkan endurance seperti marathon mereka memang butuh waktu panjang aklimatisasi. Tapi cabor lain cukup 5 hari. Dua hari untuk istirahat setelah dalam perjalanan lalu tiga hari mereka latihan tehnik dan sebagainya. Saya pikir sudah cukup waktunya,” ungkapnya.
Dalam pelaksanaan Try-Out dan Try-In cabang olahraga, sementara ini, yang hadir dalam laporan sepanjang ini kepada Binpres, semua dikembalikan kepada kualitas latihan para atlet.
“Ini menjadi catatan penting karena memang terkait kompetensi pelatih. Sehingga ada yang kita bimbing terus dan juga ada yang sudah berjalan seperti biasa. Masih ada sisa waktu. Sehingga hal ini harus dimanfaatkan teman-teman pelatih untuk memaksimalkan kesiapan para atletnya. Itu saja,” pungkasnya. Joel