BANDUNG, PelitaJabar – Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari daerah pemilihan Jabar XII (Cirebon-Indramayu), Daddy Rohanady menegaskan, DPRD menolak pemindahan ibu kota Jabar yang kerap disampaikan Gubernur Ridwan Kamil.
“Pansus 7 yang membahas RTRW menolak pemindahan ibu kota Jabar ke Tegalluar,” tegas Daddy yang juga Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Gerindra Provinsi Jabar Sabtu (7/9).
Dikatakan, pihak eksekutif memang dalam draf awal Raperda RTRW mencantumkan beberapa alternatif. Misalnya, Tegalluar, Walini, dan kawan di sekitar Cirenon-Majalengka-Subang (Patimban). Tegalluar di Kabupaten Bandung diajukan karena akan menjadi salah satu TOD kereta cepat Jakarta-Bandung. Demikian juga dengan Walini di Kabupaten Bandung Barat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Lokasi-lokasi itu kami coret. Belum ada kajian komprehensif tentang semua lokasi itu. Tegalluar kami tolak dengan dua alasan. Pertama, rawan banjir. Kedua, besarnya potensi pergerakan tanah. Walini pun demikian. Daerah tersebut termasuk bagian dari sesar Lembang yang memasuki siklus 500 tahunan dengan potenai 6,5-7 skala Richter. Bagaimana mungkin Ibu Kota Jabar dipindahkan ke lokasi-lokasi seperti itu? Mau membuat kuburan masal?” tegasnya.
Pihaknya juga mempertimbangkan luas Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B). Luas KP2B sudah disepakati dengan kabupaten/kota se-Jabar, yakni 791.591,61 hektare.
“Ini harus dijaga dengan ketat jika kita ingin manjadi provinsi yang memiliki kemandirian pangan. Kan ada perdanya juga. Belum lagi kalau kita mau mempertahankan ruang terbuka hijau (RTH) yang 45 persen dari total luas Jabar,” lanjutnya.
Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Jabar periode 2009-2014 yang kini menjadi Wakil Ketua Pansus 7 yang membahas Perubahan Perda Nomon 22 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Barat menambahkan, pembahasan RTRW Jabar sudah selesai dan dilakukan Rapat Paripurna pada 28 Agustus.
Kini nasib perda tersebut tergantung beberapa kementerian terkait di Jakarta, semisal Kementerian ATR/BPN dan Kementerian Dalam Negeri.
Menurut Daddy, Cirebon pun berpotensi menjadi Ibu Kota Jabar. Mengapa? Dengan ditetapkannya Ciayumaja (Kabupaten Cirebon, Indramayu, dan Majalengka, termasuk Kabupaten Subang) sebagai Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) II, pertumbuhan Cirebon diprediksi akan kian pesat.
“Dengan berbagai fasilitas yang ada, terlalu naif jika Ridwan Kamil menafikan Cirebon,” pungkasnya. Mal