BANDUNG, PelitaJabar – Pemilik klub Duta Pro Bina Taruna, Denny Susanto menuding Dessi Arfianto, Ketua Umum Asprov PSSI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan tindakan tidak terpuji di Liga IV Nasional tahun 2025.
Denny yang ikut membina sepakbola sejak tahun1985 ini menyampaikan keprihatinannya atas polemik pengundian ulang (drawing) Liga 4 Nasional yang dilakukan atas instruksi langsung dari Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.
Denny menyebut, pengulangan drawing disebabkan kecurangan yang melibatkan salah satu anggota Tim Verifikasi Liga 4 Dessi Arfianto sangat tidak patut.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Langkah Pak Erick sangat tepat dan patut diapresiasi. Namun saya berharap tindakan ini tidak berhenti sampai di sini. Oknum seperti Dessi harus mendapatkan sanksi berat dan tegas, bebernya Selasa 15 April 2025.
Menurutnya, dia telah mencederai semangat “fair play” dan pembinaan sepak bola.
“Kita ini membina pemain. Jangan dibinasakan,” tegasnya.
Kecurangan dalam proses pengundian berpotensi merugikan klub-klub peserta. Termasuk klub yang ia bina.
Dirinya bahkan menuding Dessi sengaja menyabotase Duta Pro Bina Taruna agar tidak tampil di Liga 4 Nasional. Walau pun klub tersebut menjadi runner-up dalam kompetisi Liga 4 dilingkungan Asprov DIY.
“Pada kompetisi reguler kami menempati peringkat pertama dengan 15 poin. Meskipun kami kalah tipis 0-1 dari Hizbul Wathan UM di final. Kami tetap berhak menjadi kandidat pengganti di Liga 4 Nasional jika ada tim yang mundur,” tegasnya.
Faktanya, ketika Siwalima FC dari Maluku dikabarkan mundur, tidak ada upaya dari Dessi untuk mengajukan nama Duta Pro Bina Taruna sebagai pengganti.
Dia juga menilai keputusan itu tidak adil dan terkesan diskriminasi terhadap klubnya yang mayoritas diperkuat oleh pemain asal Bandung.
Padahal, secara administratif dan legal, Duta Pro Bina Taruna merupakan anggota sah Asprov PSSI DIY.
“Ini sangat merugikan kami. Kami sudah mengontrak pemain dengan biaya besar demi tampil di kompetisi ini. Tapi justru diperlakukan tidak adil oleh pemimpinnya sendiri,” katanya.
Denny mengungkapkan dugaan keberpihakan Dessi terhadap klub-klub tertentu bukanlah hal baru.
Selama mengikuti kompetisi di bawah Asprov DIY, klubnya beberapa kali mengalami perlakuan tidak fair. Termasuk keputusan wasit yang merugikan.
“Suatu saat pemain kami diberi kartu merah hanya karena memprotes keputusan ganjil. Akibatnya, pemain kunci kami absen di laga penentuan. Ini bukan sekadar kelalaian, tapi indikasi adanya pola yang disengaja,” ungkapnya.
Atas dasar itu, Denny mendesak Ketua Umum PSSI Erick Thohir agar mengambil langkah konkret untuk menindak tegas Dessi Arfianto dan memastikan tidak ada lagi oknum yang menyalahgunakan kewenangan dalam tubuh PSSI.
“Nama Dessi sudah tidak layak berada di lingkungan PSSI. Dia bukan pembina, tapi justru pembinasa. Kalau dibiarkan, sepak bola Nasional akan terus dicederai kepentingan pribadi. Saya sangat mendukung semangat reformasi dan pembinaan berkelanjutan yang sedang digaungkan Pak Erick. Dan berharap kasus ini jadi titik balik untuk membersihkan tubuh PSSI,” pungkasnya. Joel