MARAH merupakan suatu sifat dasar manusia atau dalam Islam sering kita dengar dengan sebutan naluri Baqa’ (rasa mempertahankan diri). Karena ingin mempertahankan diri terkadang rasa marah pun keluar sebagai bentuk benteng pertahanan.
Kenapa hal tersebut dilakukan?
Agar kita merasa dianggap, agar orang lain tahu isi hati kita atau keinginan kita..that’s write?
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Terkadang amarah sudah terluapkan, terasa lega, seolah-olah unek-unek dan isi hati tersampaikan, apa betul seperti itu?
Namun kenyataannya tidak demikian. Dengan marah, hubungan sesama manusia bisa renggang, bahkan juga sampai tak bertegur sapa.
Dengan marah lupa segalanya, lupa akan kelembutan tutur kata, kesopanan dan parahnya lagi bisa khilaf serta menimbulkan jatuhnya korban jiwa, naudzubillah.
Lihat saja fakta diluaran sana, tak sedikit kasus yang diawali karena tidak bisanya mengendalikan amarah. Seorang ibu yang marah kepada anaknya, suami yang marah pada istrinya sehingga melukai fisiknya bahkan tewas.
Padahal dalam hadits sudah jelas dikatakan, Rasulullah berpesan yang artinya:
“Janganlah kamu suka marah maka bagimu surga”, (HR. Thabrani).
Harusnya hadits ini menjadi motivasi kita dalam menahan dan menjaga amarah. Karena siapa yang bisa menjaga dan menahan amarah sudah dipastikan balasannya surga.
Siapa yang tidak mau menjadi penghuni Surga? Pasti menjadi impian setiap muslim. Yuk kendalikan, jangan marah.
Terutama dibulan suci ramadhan ini, bulan yang penuh keberkahan, bulan yang segala amal perbuatan menjadi pahala berlipat, kita di wajibkan perbanyak menjaga diri dari hal yang tidak baik termasuk menjaga dan menahan amarah.
Kenapa? Karena disaat marah, disitulah syeitan menemukan celah untuk menggoda dan meracuni manusia.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari syeitan dan sesungguhnya syeitan itu diciptakan dari api, dan hanyasanya api itu dipadamkan dengan air, maka apabila salah seorang diantara kalian marah hendaklah ia berwudlu”. (HR. Abu Dawud)
Hikmah berpuasa diantaranya bisa mengendalikan marahnya seorang Muslim disaat melaksanakan puasa seolah-olah seperti memiliki rem sendiri didalam tubuhnya dan ketika akan marah seolah-olah merasa terciduk oleh Allah dan otomatis mereda perlahan sambil mengucap istighfar.
Ya kan?
Maka dari itu, peredam amarah selain dengan wudhu dan berdzikir, fungsi puasa pun bisa meredam amarah. Percaya tidak, disaat diri kita ingin marah, sudah ingin meledak lalu kita ingat kalau kita sedang puasa disaat itu kita merasa seakan-akan ada yg memergoki kita dan me-rem amarah itu yaitu Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, “puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum saja, puasa adalah menahan diri dari perkataan sia-sia dan keji.” (HR Baihaqi dan Al-Hakim).
Marilah kita semua lebih bisa menata diri agar lebih bisa menahan segala amarah, khususnya di bulan ramadhan ini. Dan Demi menjaga kesempurnaan ibadah puasa kita sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang di riwayatkan Abu Hurairah ra., Rasulullah Saw bersabda:
“Jika salah seorang kalian berpuasa, maka hendaklah ia tidak berkata atau berbuat jorok, berteriak-teriak, membuat gaduh. Kemudian jika ada seorang yang memaki-maki atau menantang berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan ‘saya sedang puasa.'” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dan siapa yang dapat menahan amarah, dia termasuk orang yang kuat.
“Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat dalam bergulat, tetapi orang yang kuat itu ialah orang yang bisa menahan dirinya ketika marah”. (HR. Bukhari) Wallahu’alam.
wallahualam***