BERSAHAJA, rendah hati, dan asik diajak berbicara. Itulah sosok prajurit TNI AD yang memiliki nama Drs. Letkol. Caj Suhasno Hari yang bertugas di Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarah) sebagai kepala Badan pelaksana perpustakaan (Kabalaktakapus).
Pria kelahiran Klaten 19 Nopember 1962 ini awalnya tidak berpikir akan menjadi seorang tentara. Bahkan alumni Sepamilwa angkatan 1987 gelombang II, tidak membayangkan menjadi seorang militer.
“Dulu, namanya melihat posisi tentara, perasaannya gimana ya, kurang sreg. Karena istilahnya tentara dulu dengan dwi fungsi ABRI mendominasi dimana mana. Kepala Dinas di tingkat kabupaten saja tidak jarang diduduki oleh tentara, Bupati dari tentara, Gubernur juga dari tentara. Nah, saat Wamil atau wajib militer, akhirnya saya dipanggil oleh Mabes TNI, di akhir tahun 1987, akhirnya masuk militer,” papar bapak dua anak ini mengawali cerita kepada pelitajabar saat disambangi di ruangannya Perpustakaan Pusat Disjarahad Jalan Kalimantan no. 6 Bandung Senin (28/09/2020).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tepatnya 1 Juni 1988, Suhasno Hari sebagai tentara dengan pangkat letnan satu. Dan selama 32 tahun mengabdi, pria yang menyelesaikan Diklapa II 1999/2000 ini telah melanglangbuana ke berbagai daerah di Indonesia.
“Saya pernah dinas di Kodam III/slw selama 12 tahun, kemudian pindah ke Kodam VII/Wirabuana, selama hampir 9 tahun. Disini (Disjarahad-red) 11 tahun, semuanya punya kesan tersendiri. Hikmahmya mendewasakan kita dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah,” ucapnya lagi.
Namun, dari semua tugas kedinasan, suami Hj. Eny Widiatun ini punya kesan yang hingga kini tak bisa dilupakannya, yakni ketika tugas operasi ke Tim-Tim. Nama sandinya Operasi Morisdiak, Tim Tim tahun 1991/1992. Dia bergabung di Batalyon Infantri 320/Badak Putih di Pandeglang Banten, selama 17 bulan. Tugasnya sebagai Parohis, diantaranya memimpin berdoa sebelum tugas gerakan, memandikan jenazah dan sebagainya.
“Jadi ceritanya kita sebagai tentara kan ingin ikut bertempur. Nah saya minta kepada komandan, diijinkan dan ikut tugas ke depan memimpin satu Tim, dengan kekuatan 17 personil, rasa takut pasti ada, apalagi dalam hutan belantara. Nah, pengalaman unik, ada anggota tamtama baru yang ikut bersama sewaktu ada musuh, mau nembak tapi kok ga bisa bisa, mungkin jarinya salah masuk, atau grogi,” ujar mantan Kasi Museum Bintaldam VII/Wirabuana Makassar ini lagi sambil tertawa.
Selain itu, alumni sarjana sejarah fakultas sastra di salah satu Universitas Yogyakarta ini, juga sering menulis di berbagai media massa. Saat bertugas di Kodam VII/ Wirabuana sebagai Kabag Minped, Suhasno menulis tentang Veteran di salah satu koran harian ternama.
“Judulnya Veteran, Bukti Kemerdekaan Bukan Hadiah Dari Jepang. Alhamdulillah, berkat tulisan saya itu, beberapa permasalahan tentang veteran mendapat respon dari pihak terkait, seperti tabungan pensiun, jadi lancar,” katanya.
Disinggung rencana kedepan, karena per 1 Desember 2020 mendatang akan memasuki Pensiun, dirinya akan pulang ke kampung halaman.
“Untuk kedepan, ada rencana mau kolaborasi bersama adik kandungnya disana, dia kebetulan seorang dokter hewan,” pungkas Suhasno. Miftahul Akmal