BANDUNG, PelitaJabar – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menawarkan investasi tiga sektor ini kepada Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) negara Qatar untuk Indonesia Y. M Ny. Fawzi ya Edrees Salman Al-Sulaiti di Gedung Pakua Bandung Selasa (23/06/2020).
Kang Emil memaparkan, tiga hal yang menjadi kekuatan sekaligus potensi unggulan investasi di Jabar.
Pertama, industri manufaktur terbesar karena lebih dari 60 persen total investasi industri manufaktur Indonesia ada di Jabar.
“Kedua, industri pariwisata yang baik. Hampir sekitar 50 juta kunjungan wisatawan lokal, sementara wisatawan asing banyak berasal dari Timur Tengah, Malaysia, Singapura, dan lain-lain,” kata Emil saat menerima Courtesy Call atau kunjungan kehormatan via Video Conference
“Ketiga, ada di (sektor) pertanian karena lahan Jabar subur. Kami (Pemerintah Daerah Provinsi Jabar) pun berharap tiga hal ini yaitu industri manufaktur berteknologi tinggi, pariwisata, dan pertanian menjadi investasi yang menarik,” ujarnya.
Dari ketiga hal tersebut, sektor pertanian bisa menjadi bisnis antara Jabar dan Qatar. Menurutnya, sektor pertanian adalah masa depan ekonomi Jabar di mana sektor ini terus berkembang dengan dukungan teknologi digital.
Bisnis di sektor pertanian pun menjadi salah satu ekonomi yang paling tangguh terdampak pandemi global COVID-19. Di Jabar, pertanian hanya terkoreksi 0,9 persen selama pandemi berlangsung.
“Dari hasil kajian, selama (pandemi) COVID-19 in pertanian adalah salah satu sektor yang paling kuat dan hampir tidak terpengaruh oleh COVID-19,” kata Kang Emil.
Sementara, Dubes LBPP Negara Qatar untuk RI Y.M. Ny. Fawziya Edrees Salman Al-Sulaiti mengatakan, Qatar tertarik untuk berinvestasi di Jabar.
Terkait potensi investasi di sektor pertanian, pihaknya masih memiliki beberapa pertimbangan untuk melakukannya.
“Kami memang tertarik untuk berinvestasi di Jawa Barat ini, seperti bidang energi, infrastruktur pelabuhan, pariwisata, hingga pendidikan,” ujar Ny. Fawziya Edrees Salman Al-Sulaiti.
Dan untuk investasi di sektor pertanian, dia mengakui memang belum memiliki investasi khusus di bidang ini.
“Tapi untuk pangan di masa pandemi seperti saat ini, kami butuh jaminan keamanan pangan yang kami beli dari pihak luar, seperti contohnya (yang dibeli) adalah makanan beku,” pungkasnya. Rls