BANDUNG, PelitaJabar – Meski resiko pekerjasaan cukup besar, namun dihadapi dengan tulus dan ikhlas. Ya, dialah Encep Iman Nurdin, seorang Komandan Regu Rescue Peleton 3 di Regu 2 Diskar PB Kota Bandung.
Selama enam tahun, Encep telah menjadi garda terdepan dalam melayani berbagai situasi darurat untuk keselamatan warga.
Setiap hari, Encep dan rekan-rekannya menerima panggilan yang tidak pernah bisa ditebak. Bisa jadi pagi hari menolong seorang anak yang jarinya terjepit cincin, siang hari mengevakuasi kucing yang terjebak di sumur, lalu sorenya harus membebaskan korban kecelakaan terjepit dalam kendaraan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami tidak hanya memadamkan api, tetapi juga menjaga nyawa dan harapan. Kadang sesuatu yang terlihat sepele bagi orang lain bisa sangat berarti bagi mereka yang mengalaminya,” beber Encep tulus.
Baginya, setiap tugas adalah ladang pengabdian.
“Lega saat melihat warga yang kami bantu tersenyum. Itulah bahan bakar kami untuk terus maju. Namun, ada juga momen-momen yang berat. Ketika kami tiba di lokasi kecelakaan dan korban sudah tak bisa diselamatkan, ada rasa sedih yang sulit diungkapkan,” ucapnya.
“Kami selalu bertanya-tanya, apakah kami bisa lebih cepat? Apakah kami sudah melakukan yang terbaik?” imbuhnya.
Pengorbanan terbesar Encep bukan hanya soal nyali dan tenaga, tetapi juga waktu bersama keluarga. Saat orang lain berkumpul merayakan hari besar, ia justrus masih di lapangan.
“Tahun ini saya tidak mudik ke Cilacap, kampung halaman istri dikarenakan bertugas saat Hari Raya Idulfitri. Sudah biasa memang, tapi tetap saja, ada rasa rindu yang harus ditahan,” ujarnya.
Di tengah tugas yang menantang, dukungan keluarga adalah tiang utama.
“Mereka bangga dengan pekerjaan saya. Istri dan anak-anak tahu bahwa ini adalah tugas mulia. Terkadang, saya pulang dengan badan lelah, tapi pelukan mereka adalah obat terbaik,” paparnya berkaca-kaca.
Encep berharap Pemerintah Kota Bandung terus memperhatikan kesejahteraan para petugas pemadam kebakaran, terutama mereka yang masih berstatus non-ASN.
“Kami di sini bekerja dengan sepenuh hati. Kami hanya ingin bekerja lebih baik dengan alat yang lebih lengkap dan kepastian bagi rekan-rekan kami yang masih menunggu pengangkatan,” harapnya.
Baginya, tugas bukan hanya pekerjaan, namun panggilan jiwa. Setiap sirine berbunyi, setiap panggilan darurat yang masuk, adalah panggilan untuk membantu sesama.
“Sebagaimana kita ketahui bahwa iman itu ada 70 cabang dan salah satu cabangnya itu yang paling tinggi adalah kalimat La ilaha illallah yang paling rendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang menghalangi jalan. Oleh karena itu saya selalu menganggap pekerjaan ini adalah ladang ibadah untuk memperkuat iman saya,” pungkasnya. ***