BANDUNG, PelitaJabar — Sampah menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi kota – kota besar seperti Bandung. Namun saat ini, dengan biaya murah, telah ditemukan formula baru bernilai ekonomi, sampah diolah menjadi energi terbaru menjadi gas, breket dan pelet melalui sistem “Peuyeumisasi'”.
Berawal dari gagasan STT PLN dan PT Hariff Daya Tunggal Engineering, menciptakan inovasi pengolahan sampah menjadi energi murah untuk rakyat.
Kolaborasi kedua lembaga tersebut berhasil menciptakan sebuah inovasi mengatasi permasalahan sampah dengan mengubahnya menjadi sumber energi listrik kerakyatan. Teknologi tersebut mereka sebut dengan Peuyemisasi karena dalam pengolahannya tak berbeda jauh dengan membuat peuyem atau fermentasi aerob.
“Saya 30 tahun di PLN. Hampir seluruh proyek diberikan ke konglomerat. Dari situlah kita punya gagasan listrik kerakyatan, sesuai dengan sila ke 4, nggak boleh mahal mahal. Dikelola dengan sistem UMKM, energi terbaru ini bahan bakunya yang ada disekitar rumah, sampah dan matahari,” ungkap Supriadi Legino, Ketua STT PLN kepada PJ.com disela seminar dan pelatihan bertajuk Peuyemisasi dan Gasifikasi sebagai Solusi Nyata Pengelolaan dan Pengolahan Sampah menjadi Energi di Kota Bandung berbasis Masyarakat dan UKM, di Aula PT.Hariff Daya Tunggal Engineering, Jumat (7/12).
Cara pengolahannya, sampah dimasukkan kedalam keranjang besar dari bambu, diolesin minyak khusus dan didiamkan beberapa hari, di proses dengan mesin penghancur sampah, dan mengubahnya menjadi gas.
“Itulah energi. Katakanlah satu KK produksi sampah setengah kilo. Teknologinya sederhana, medianya aktivator, waktu prosesnya 10 hari. Disitu kita menyaring menggunakan screaner, beling dan paku dipisahkan karena tidak bisa hancur. TOSS atau Tempat Olah Sampah Setempat seperti tpa, setelah itu dicacah menjadi pelet. Lalu sampah menjadi energi listrik setelah diolah di TPA,” tambahnya.
Inovasi tersebut mendapat apresiasu Bupati Klungkung, Bali. Terbukti berhasil menghemat 80 persen tidak lagi menggunakan solar.
“Seluruh peralatan bisa dibuat di dalam negeri. Disini kita akan membuktikan, dalam waktu tiga empat tahun kedepan, masalah sampah bisa selesai dengan sistem “peuyeumisasi”, katanya.
Sementara Sony Djatmiko Sunda Djaja, penemu alat pengubah sampah menjadi gas mengatakan, pelet energi bisa menjadi energi listrik.
“Gas nya itu bisa dipakai untuk masak, namun ini harus uji emisi dulu, secara konsep itu bisa. Artinya, dengan gas ini, kita tidak perlu lagi 5000 ton batubara per hari, bisa digantikan dengan program ini,” ujarnya.
Direktur Utama PT. Hariff Daya Tunggal Engineering, Budi Permana menambahkan, saat ini PT. Hariff bersama STT PLN secara berkala terus mengedukasi dan memberikan pelatihan terkait teknologi Peuyemisasi tersebut.
Dia berharap program yang masuk dalam 40 Karya Inovasi Terbesar 2018 dari Kemenpan ini dapat menjadi solusi penanganan sampah melalui TOSS.
“Beberapa waktu lalu, Pak Yana (Wakil Wali Kota Bandung) tertarik dengan teknologi “peuyeumisasi’ dan meminta kami untuk membuatnya,” pungkasnya.
Konsep listrik kerakyatan dengan sistem “peyeumnisasi”” itu dimulai 2016. Pemda Klungkung menutup TPA nya tidak lebih dua tahun setelah menggunakan program mereka.Mal