BANDUNG, PelitaJabar – Informasi tanpa disertai data valid atau dikenal dengan Hoax, merupakan salah satu tantangan terbesar penanganan COVID-19.
Menurut DR. Dedi Permadi, Juru Bicara Kemenkominfo, beberapa hambatan penanganan COVID-19 adalah komunikasi.
Tidak sedikit masyarakat yang mempercayai hoax terutama terhadap virus yang muncul dari Wuhan, China.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Lebih 1800 hoax dan 4430 konten terkait vaksinasi, PPKM dan sebagainya. Contohnya adalah jika orang divaksin, langsung terserang Epilepsi, ini patut diwaspadai,” papar Dedi saat menjadi narasumber Dialog Produktif Semangat Selasa di Media Center KPCPEN Selasa (17/08/2021).
Dampaknya, bisa mengacaukan informasi di masyarakat tentang COVID-19.
“Kita biasa menyebutnya dengan Infodemi, inilah salah satu tantangan kita dalam komunikasi, tentu saja akan menghambat penanganan COVID-19,” tambahnya.
Guna mencegah terus menyebarnya hoax, Kominfo melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan literasi digital.
“Ada tiga langkah yang kitavlakukan, dimulai dari Hulu, disini orang bisa memilah, memilih informasi dengan benar. Lalu Tengah, penyaringan yang kita sebut dengan mesin AIS atau Arus Informasi Santri, santri sebagai salah satu garda terdepan menjadi agen perubahan, termasuk jiwa nasionalisme, budaya dan lain lain. Terakhir Hilir, dimana Kominfo bekerjasama dengan Polri, penyebar hoax dapat diringkus,” paparnya.
Senada, Angkie Yudistia, Staf Khusus Presiden mengungkapkan, walau dalam suasana pandemi, antusias masyarakat menyambut kemerdekaan, cukup tinggi. Terlebih para penyandang disabilitas.
“Cukup antusias, para penyandang disabilitas ikut merayakan HUT RI ke 76, dan perlahan, negara sudah memenuhi hak mereka, dimana para penyandang disabilitas, merupakan prioritas vaksinasi, karena itu 220 ribu vaksinasi dibagikan secara gratis untuk mereka,” kata Angkie.
Wanita berkerudung ini juga menyinggung, para penyandang disabilitas sangat rentan dengan hoax.
“Yang paling sulit, mereka yang berada di daerah, karena mereka percaya dengan hoax. Karena itu kita terus lakukan edukasi, kalau hoax jangan dilanjutkan. Karena itu kita butuh kerjasama semua pihak, gotong royong menangkal hoax,” pungkasnya.
Sementata Adriana Viola Miranda, Juara Internasional MIT Covid-19 Challenge menyebut, penangan COVID-19 harus dilakukan bersama sama.
“Tidak harus mahasiswa kedokteran, semua orang bisa, termasuk siswa SD hingga SMA. Generasi muda bisa melakukan berbagai hal untuk mengatasi pandemi, dengan meningkatkan literasi masyarakat terhadap COVID-19,” pungkasnya.
Dialog Produktif Semangat Selasa, digelar secara virtual melalui saluran YouTube. ***