Kisah Heroik AMPTT Merebut Bangunan Tua di Jalan Cilaki 73

- Penulis

Kamis, 4 September 2025 - 14:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sejarah Museum Pos Indonesia

Sejarah Museum Pos Indonesia

ADA kisah heroik mencuat terkait bangunan tua di Jalan Cilaki Nomor 73, Bandung, tepatnya di samping kanan Gedung Sate. Sebuah perjalanan panjang perjuangan bangsa Indonesia, saat merebut kendali atas layanan komunikasi pos dan telekomunikasi dari tangan penjajah.

Dimulai dari Kantor Pos Indonesia, ini bukan saja tentang sebuah bangunan yang berdiri kokoh lebih dari satu abad. Tapi lebih dari itu. bukan cuma karena telah difungsikan secara konsisten sejak dibangun pada 1920 hingga kini. Namun, ada sejarah besar dibaliknya.

Mengingatnya, setiap orang akan takjub betapa peruntukannya sedari awal gedung itu digunakan sebagai kantor Post Telephone dan Telegram, tak pernah bergeser. Nilainya makin besar karena di situlah tersimpan sejarah yang patut diungkap keheroikannya.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tepat ketika peringatan Hari Bhakti Postel itu terulang pada tahun ini, Corporate Secretary Pos Indonesia Tata Sugiarta mengajak siapa saja menapak tilas sejarahnya, sekali lagi.

“Sudah sepantasnya kita tak hanya wajib merawat gedung megah nan bersejarah itu, tetapi bagaimana menjaga Kantor Pusat Pos Indonesia itu tetap menjadi wahana terbaik bagi jajaran Direksi Pos Indonesia dan Sub Direktorat Keuangan serta Sumber Daya Manusia, terus berkarya bakti untuk Indonesia,” bebernya mengawali kisah saat Jelang Hari Bhakti Postel ke-80 pada 27 September 2025 mendatang.

Catatan peristiwa bersejarah itu dapat ditengok jelas karena terabadikan dalam bentuk Tugu Peringatan Pahlawan PTT yang berdiri tepat di depan gedung kantor. Setiap orang akan ingat dengan tanggal 27 September 1945. Ada apa?

Ketika sekelompok pemuda berani tergabung dalam Angkatan Muda Pos, Telegrap, dan Telepon (AMPTT) berjuang mempertahankan dan merebut gedung Pos Indonesia. Sebuah simbol perkembangan komunikasi antardaerah di Indonesia kala itu.

Tata melanjutkan, sejarah itu dimulai dari sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Ketika semangat perjuangan untuk mengambil alih aset-aset vital dari pemerintahan Jepang menjalar ke berbagai sektor, termasuk Jawatan PTT.

Pada 3 September 1945, sekelompok pemuda PTT yang dimotori oleh Soetoko, Slamet Soemari, dan beberapa nama lainnya mengadakan pertemuan.

“Mereka sadar betul bahwa Jawatan PTT memiliki peran krusial dalam menyebarkan informasi dan menghubungkan seluruh wilayah Indonesia,” kata Tata.

Saat itu, Komandan Pasukan Jepang menginstruksikan bahwa penyerahan Kantor Pusat PTT harus diserahkan kepada Sekutu, bukan kepada bangsa Indonesia. Kondisi ini memicu kekhawatiran para pemuda PTT. Tak tunduk menyerah begitu saja, mereka bertekad mengambil alih kantor pusat. Paling lambat akhir September 1945.

Merespons instruksi Jepang, Soetoko, Ismojo, dan Slamet Soemari berkumpul pada 23 September 1945. Mereka menyusun strategi demi merebut kekuasaan PTT.

Keputusan penting diambil: meminta Mas Soeharto dan R. Dijar berunding dengan pihak Jepang. Tujuannya, agar penyerahan dilakukan secara damai. Jika perundingan gagal, mereka tidak ragu menempuh jalan kekerasan dengan bantuan dari rakyat yang siap berjuang bersama.

Keesokan hari, Soetoko mengutus Mas Soeharto dan R. Dijar menemui Tuan Osada, pimpinan PTT Jepang. Tuntutannya tegas: serahkan pimpinan Jawatan PTT secara terhormat kepada bangsa Indonesia pada hari itu juga. Sayang, perundingan menemui jalan buntu. Pihak Jepang hanya mengizinkan pengibaran bendera Merah Putih di halaman belakang gedung.

Meski kecewa, para pemuda AMPTT melaksanakannya. Mengibarkan Sang Saka Merah Putih dengan khidmat di tiang khusus tepat di atas lokasi tugu. Untung, kegagalan negosiasi ini tidak lantas memadamkan semangat. Justru menguatkan tekad para pejuang dalam merebut Jawatan PTT dengan cara apa pun.

Untuk menyatukan kekuatan, pada 26 September 1945, AMPTT membentuk kepengurusan. Soetoko ditunjuk sebagai ketua. Menyadari pentingnya koordinasi yang efektif dalam perebutan kekuasaan, Soetoko dibantu tiga wakil, yaitu Nawawi Alif, Hasan Zein, dan Abdoel Djabar.

Pada hari yang sama, anggota AMPTT disebar untuk mencari dan mengumpulkan segala peralatan serta senjata. Dukungan dari berbagai pihak mengalir deras. Penduduk tua dan muda serta organisasi perjuangan lainnya yang berada di dekat Kantor Pusat PTT, menyatakan kesediaan membantu. Semangat kebersamaan ini menjadi fondasi yang kuat bagi perlawanan yang segera dilancarkan.

Hari yang dinanti itu tiba. Pada 27 September 1945, untuk kesekian kalinya, Mas Soeharto dan R. Dijar kembali berunding dengan pimpinan Jepang di Kantor Pusat PTT. Hasilnya tetap sama, gagal. Pihak Jepang tidak mau menyerahkan kekuasaan begitu saja.

“Dari berbagai literatur menyebutkan, tekad AMPTT sudah bulat. Mereka memutuskan bahwa pada hari itu, kekuasaan atas Jawatan PTT harus direbut. Tidak peduli apa pun pengorbanan yang harus diberikan. Mereka segera menyiapkan persenjataan, mengerahkan rakyat, dan massa pun berkumpul di halaman selatan gedung,” beber Tata.

Pasukan AMPTT yang dipimpin Soewarno berhasil mengepung kantor dan memasuki ruangan yang dikuasai Jepang. Mereka membuat pihak Jepang tidak berdaya. Akhirnya, para pimpinan Jepang dengan sukarela menyerahkan pedang mereka sebagai tanda menyerah.

Setelah penguasaan berhasil, sekitar pukul 11.00 WIB, Soetoko maju ke depan massa bersama Mas Soeharto dan R. Dijar. Ia membacakan teks bersejarah yang berisi pernyataan pengangkatan Mas Soeharto sebagai Kepala Jawatan PTT dan R. Dijar ditunjuk sebagai wakil, atas nama seluruh pegawai PTT.

Setelah pembacaan pernyataan, beberapa pemuda di bawah pimpinan Soewondo menurunkan bendera Jepang. Sebagai gantinya, mereka mengibarkan bendera Merah Putih di tiang yang sama. Berkumandanglah lagu kebangsaan Indonesia Raya mengiringi momen sakral itu.

Demikianlah. Peristiwa itu menjadi tonggak penting dalam sejarah bangsa. Tentang betapa heroiknya Jawatan PTT berhasil direbut dan dikelola oleh bangsa Indonesia sendiri.

Kini, di gedung yang dirancang arsitek J. Herberg pada 27 Juli 1920 itu, terdapat museum. Saksi bisu perjalanan panjang Pos Indonesia. Didirikan pada 1931 dengan nama awal Museum PTT, keberadaannya sempat terlupakan akibat gejolak revolusi.

Berkat inisiatif Direksi Perum Pos dan Giro, museum dihidupkan kembali dan diresmikan pada 27 September 1983 atau pada peringatan Hari Bhakti Postel ke-38. Seiring dengan perubahan status perusahaan, namany akini bergeser menjadi Museum Pos Indonesia.

Di situ, pengunjung dapat melihat berbagai koleksi bersejarah. Mulai dari prangko dari berbagai negara, peralatan pos zaman dulu, hingga diorama yang menggambarkan perjalanan layanan pos di Indonesia.

”Semua koleksi ini merupakanbukti nyata bagaimana Jawatan PTT -kini menjadi PT Pos Indonesia- memiliki peran vital dalam membangun konektivitas dan persatuan bangsa hingga saat ini,” tutupnya.

Para pemuda AMPTT di gedung itu menunjukkan kemerdekaan tidak hanya tentang Proklamasi. Tetapi pengambilalihan dan pengelolaan aset-aset vital oleh bangsa sendiri.

Kini, Pos Indonesia memasuki usia-279, sebuah angka yang memiliki sejarah panjang. ***

Komentari

Berita Terkait

PON Beladiri Kempo Boyong 3 Medali Emas ke Jabar
BK Taekwondo Tak Berbayar Libatkan Ratusan Atlet Terbaik
Kodim 0611/Garut Gelar Lomba Tahfidz Quran se-Jabar
GIGI Band Tutup Sumirat Bandung Citylight Carnival di Tegallega
HJKB 215, Puluhan Kendaraan Hias Terangi Kota Bandung
Komisi IV Soroti DBD, H. Iman Minta Perkuat Lintas Sektor
Salman Fauzi Mangkat, DPRD Kota Bandung Berduka
Sambut Hari Pangan, Pelanggan Daop 2 Bandung Dapat Makan Gratis

Berita Terkait

Senin, 27 Oktober 2025 - 10:31 WIB

PON Beladiri Kempo Boyong 3 Medali Emas ke Jabar

Senin, 27 Oktober 2025 - 10:23 WIB

BK Taekwondo Tak Berbayar Libatkan Ratusan Atlet Terbaik

Minggu, 26 Oktober 2025 - 20:38 WIB

Kodim 0611/Garut Gelar Lomba Tahfidz Quran se-Jabar

Minggu, 26 Oktober 2025 - 20:17 WIB

GIGI Band Tutup Sumirat Bandung Citylight Carnival di Tegallega

Minggu, 26 Oktober 2025 - 20:02 WIB

HJKB 215, Puluhan Kendaraan Hias Terangi Kota Bandung

Berita Terbaru

Kempo Jabar Boyong Medali emas dan perak di ajang PON Beladiri Kudus. Dok

FEATURED

PON Beladiri Kempo Boyong 3 Medali Emas ke Jabar

Senin, 27 Okt 2025 - 10:31 WIB

FEATURED

BK Taekwondo Tak Berbayar Libatkan Ratusan Atlet Terbaik

Senin, 27 Okt 2025 - 10:23 WIB

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (ASDA I) Kabupaten Garut, Bambang Hafidz, mengapresiasi Dandim 0611/Garut atas gelaran Lomba Tahfiz Quran. PJ/Jang

DAERAH

Kodim 0611/Garut Gelar Lomba Tahfidz Quran se-Jabar

Minggu, 26 Okt 2025 - 20:38 WIB

FEATURED

GIGI Band Tutup Sumirat Bandung Citylight Carnival di Tegallega

Minggu, 26 Okt 2025 - 20:17 WIB

Puluhan Kendaraan Hias menyemarakkan HJKB 215 tahun 2025. PJ/Dok

FEATURED

HJKB 215, Puluhan Kendaraan Hias Terangi Kota Bandung

Minggu, 26 Okt 2025 - 20:02 WIB