BANDUNG, PelitaJabar – Koperasi di Indonesia sulit berkembang. Selain kurangnya sosialisasi dan inovasi, yang paling utama adalah tidak adanya kemauan politik (political will) dari pemerintah dan staekholder terkait.
“Artinya apa, koperasi berkembang di negara maju. Kita punya undang undang dasar. Kalau ini kita kerjakan, kita pun akan bergerak seperti bangsa Jerman, bangsa Kanada, Korea, Jepang. Karena koperasi itu kuat di sana,” papar Rektor IKOPIN University, Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan, di Focus Group Discussion dengan tema ‘Melalui Transformasi Inovasi Kita Wujudkan Kemandirian Koperasi’ yang digelar Dekopin Jabar di Gedung Senbik, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Selasa (22/8/2023).
Lalu, kenapa di negara kita koperasi belum kuat?
“Alasan pertama, dukungan politik harus menuju ke arah sana. Kedua harus banyak latihan. Kemampuan akan berkembang kalau banyak latihan. Pengawasnya bagus, manajer nya bagus. Ujung-ujungnya ke mana, ke pendidikan,” ujarnya.
Sementara, Akhmad Afandi selaku praktisi koperasi menjelaskan, selain sosialisasi, koperasi bergerak tidak sesuai jati diri koperasi itu sendiri.
“Ada koperasi yang orientasinya sih kelihatan bagus tapi tidak sesuai jati diri koperasi. Yang kedua, banyak koperasi yang gagal bayar, (konotasi) abal-abal dan penipuan karena berkedok koperasi. Dan yang ketiga, maaf ada koperasi yang sampai sekarang eksis puluhan tahun tapi tetap kecil aja (SHU). Jadi terkesan seperti peliharaannya si pendiri,” tuturnya.
Menurutnya, koperasi yang benar dan baik adalah lembaga yang berorientasi kepada benefit.
“Jadi lembaga pemberdayaan yang berorientasi pada benefit. Yang harus diberdayakan adalah anggota sesuai dengan tujuan, yaitu memajukan kesejahteraan anggota,” tambahnya.
Sedangkan Ida Hindarsah, divisi Informasi dan Kejasama Dekopinwil Jabar mengatakan, perkembangan koperasi di Indonesia secara kuantitas memang banyak. Namun faktanya tak sedikit yang gagal bahkan gugur, hingga 50 persen.
“Hampir 50 persen (gagal), dan itu bisa dibuktikan dengan data (jumlah) koperasi yang aktif,” ujarnya di
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi luar biasa dan keberadaan koperasi menjadi Soko guru ekonomi nasional bahkan internasional.
Inovasi dalam koperasi, menurutnya, doing new things, melakukan dan mendapatkan sesuatu yang baru. “Bisa dari proses nya, bisa dari produknya dan bisa dari menejerial nya. Artinya, melalui transformasi (inovasi) ini koperasi bisa lebih mandiri,” pungkasnya.
FGD tersebut merupakan rangkaian menjelang puncak peringatan Hari Koperasi ke-76 Tahun 2023 tingkat Jawa Barat. ***