BANDUNG, PelitaJabar – Selain mengingatkan siswa untuk respect (penghormatan) menjadi unsur penting dalam proses pengelolaan sampah, Kadisdik Jabar Wahyu Mijaya juga meminta bersandar pada filosofi mottainai asal Jepang yang ringkasnya menghargai dan tidak pernah menyia-nyiakan/berlebihan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.
“Kita harus memberikan respect kepada sumber daya yang ada di lingkungan kita. Juga menghargai yang memproduksi sumber daya yang ada sehingga kita mampu mengelolanya dengan baik dan tidak mubazir. Konsep ini harus dikembangkan,” bebernya saat pembukaan Jambore Pentahelix Sapulidi Disdik Jabar di Aula Ki Hajar Dewantara, Bandung, Senin akhir November lalu.
Dia juga mengapresiasi beberapa sekolah yang sudah memproduksi mesin pengolah sampah. Seperti, SMKN 8 Bandung, SMKN 1 Subang, dan beberapa sekolah lainnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya harap, lingkungan Bapak Ibu di sekolah bisa memanfaatkannya,” ucapnya.
Senada, Sekretaris Disdik Jabar, Yesa Sarwedi menuturkan, kegiatan ini sebagai sarana pertemuan antara Komunitas Sapulidi dengan multiunsur/pentahelix. Khususnya, unsur badan atau pelaku usaha melalui bantuan corporate social responsibilities (CSR) yang mendukung edukasi lingkungan sehat.
“Sedangkan outcome yang diharapkan, yaitu terwujudnya lingkungan pendidikan serta masyarakat yang peduli lingkungan,” tambahnya.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh 285 orang, berasal dari perwakilan unsur kepala sekolah, pembina sekolah adiwiyata serta pembina UKS di satuan pendidikan.
Selain diisi talkshow dan pameran produk siswa se-Jabar yang fokus pada pemanfaatan sampah, kegiatan tersebut dirangkaikan dengan penandatanganan kerja sama antara dunia usaha dan satuan pendidikan untuk program kantin digital. ***