JAKARTA, PelitaJabar – Meski tidak banyak yang mengangkat isu ini, bagi Milhan Jaya, caleg asal Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) justru fokus pada hunian layak bagi masyarakat.
Mengusung tagline “Muda Berani Beda”, pria kelahiran Wawolemo, Kabupaten Konawe 4 November 1991 itu, siap mengabdikan diri untuk masyarakat Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta melalui Partai Kebangkitan Nusantara (PKN).
Milhan yang masuk sebagai daftar calon tetap (DCT) dari daerah pemilihan (Dapil) 1 Jakarta Pusat bernomor urut 11 itu mengaku, disamping soal rumah layak, dia juga ingin menyelesaikan masalah di bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Jika Tuhan berkehendak, saya ingin mengabdi untuk masyarakat DKI Jakarta, termasuk para perantau asal Sulawesi Tenggara yang banyak berdomisili di Jakarta Pusat,” beber Milhan Sabtu (06/01/2024).
Berbekal pengalaman selama di DKI Jakarta, alumni Fakultas Hukum Universitas Lakidende tahun 2018 itu melihat sejumlah hal krusial yang tengah dihadapi masyarakat Jakarta. Di antaranya, persoalan hunian, air bersih dan penanganan banjir.
Hingga saat ini, hunian yang layak di DKI Jakarta hanya mimpi semata.
“Upaya pemenuhan backlog perumahan masih melalui cara konvensional dengan skema kepemilikan yang menyebabkan konvensi hunian menjadi komoditas investasi. Belum ada upaya pengembangan alternatif seperti sewa, kolaborasi dengan pemilik hunian, dan metode densifikasi kawasan yang dapat meningkatan kesempatan untuk menyediakan kantung hunian di tengah kota,” beber mantan Ketua Bidang HMI Cabang Konawe itu.
Sedangkan air bersih di Jakarta akibat swastanisasi air. Karena itu dia berkomitmen mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar memastikan penghentian praktik swastanisasi air dengan membuat regulasi khusus berdasarkan keterbukaan informasi dan partisipasi luas.
Penanganan banjir Jakarta juga belum mengakar pada penyebab banjir. Hingga saat ini, masih banyak permasalahan terkait banjir yang belum selesai.
Untuk itu, mantan pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Insan Cita Konawe ini akan melakukan pendekatan dengan pelibatan warga agar proses perumusan solusi dapat dilakukan bersama-sama.
“Pertimbangan daya dukung lingkungan juga harus terimplementasi dalam pembangunan dan harus membuat rencana pengelolaan risiko banjir berbasis komunitas terintegrasi,” pungkasnya. ***