Bulan Juni ini, tepatnya tanggal 5 diperingati sebagai hari lingkungan hidup (HLH) sedunia.
Namun, bencana alam masih mendera bumi. Pemanasan global menjadi PR penduduk bumi.
Adapun kondisi lokal, juga tidak terlepas dari bencana alam, misalnya banjir bandang di Ciwide pada 15 Juni 2022 lalu.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain hujan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Asep Kusumah mengatakan, alih fungi lahan menjadi salah satu penyebab banjir bandang di Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung.
Hal ini menyebabkan ekosistem kehilangan daya dukungnya. Ketika cuaca ektrem, terjadi kolaps yang mengakibatkan bencana.
Tampaknya, tanggung jawab pelestarian alam harus sudah mulai bergeser ke pundak pemuda.
Karena kerusakan alam sebagai akibat kelalaian manusia saat ini disadari atau tidak, adalah buah peninggalan generasi sebelumnya.
Bukan tanpa alasan, kerusakan alam terjadi sedemikian memprihatinkan.
Selain itu, akibat penerapan sistem kapitalisme, menjadikan materialisme sebagai standar kehidupan.
Kehidupan berjalan terlihat hanya mengejar keuntungan, sehingga keserakahan mendominasi, tanpa memperhatikan akibat terhadap alam.
Kapitalisme juga tidak mengenal pembagian kepemilikan. Mereka yang memiliki kapital, dapat menguasai apapun termasuk sektor milik umum hingga vital.
Fenomena alih fungsi lahan menjadi salah satu contohnya. Maka wajar, bencana alam menjadi sisi yang tidak dapat dipisahkan dari sistem kapitalistik saat ini. Maha Benar Allah dengan firmanNya:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia agar Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar) (TQS ar-Rum [30]: 41).
Oleh karena itu, pemuda hendaknya memiliki sudut pandang baru untuk melestarikan alam, sehingga bukan sekedar seremonial semata, namun langkah nyata revolusioner.
Karena paradigma lama yaitu kapitalisme tidak mampu mengantarkan penjagaan alam
Jika menilik kepada Islam, sejak diturunkan, Islam bertujuan menebar rahmat ke seluruh alam sebagaimana disebutkan dalam Al-quran Surat Arrum ayat 41.
Seperangkat aturan Islam yang komprehensif dalam menjaga alam, terlihat dari hal berikut ini:
Landasan perbuatan adalah iman. Seorang mukmin, menjadikan landasan perbuatannya adalah iman, bukan mengejar keuntungan semata.
Ini bermakna, perbuatannya harus sesuai dengan tuntunan syariat dan tidak bertentangan dengannya.
Islam memiliki konsep 3 jenis kepemilikan, yaitu individu, negara, dan milik umum/masyarakat.
Kepemilikan umum mencakup tiga jenis harta:
(a) segala sesuatu yang menjadi bagian dari kemaslahatan umum masyarakat, seperti tanah lapang di sebuah negara;
(b) barang tambang yang depositnya sangat besar, seperti sumber-sumber minyak;
(c) benda-benda yang tabiatnya menghalangi monopoli seseorang atas penguasaannya, seperti sungai-sungai.
Hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW:
“Kaum muslimin berserikat dalan tiga hal, air, api, dan padang gembala”.
Dengan penetapan kepemilikan umum ini, maka siapapun tidak dapat melakukan alih fungsi lahan sekehendak masing-masing, karena kepemilikan umum tidak bisa dipindahtangankan kepada individu, sehingga alam akan terjaga.
Islam mendorong untuk menghijaukan lahan, misalnya terdapat dalam hadits-hadits berikut:
“Siapa saja yang menghidupkan tanah mati, maka tanah itu menjadi miliknya.” (HR at-Tirmidzi).
Dan hadits Nabi SAW : Siapa saja yang memiliki tanah hendaklah ia tanami, atau ia pinjamkan kepada saudaranya. Jika dia tidak mau, biarlah dia pegang (pertahankan) tanahnya itu.(HR al-Bukhari)
Terkait ini, Islam menjadi negara sebagai pengelola urusan masyarakat, dengan menegakkan hukum-hukumnya dan memberi sanksi jika ada pelanggaran.
Nabi SAW bersabda:
“Imam (kepala negara) adalah pengelola urusan masyarakat, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas pengelolaannya”. (HR. Muslim)
Demikianlah, saatnya pemuda mengambil alih tanggung jawab penjagaan alam, dengan menjalankan konsep revolusioner yang ditawarkan Islam. Karena kapitalisme, nyata-nyata hanya mengantarkan kerusakan alam akibat keserakahan. ***