BANDUNG, PelitaJabar – Meski Organisasi Perdagangan Dunia ( WTO), tak lagi memasukkan Indonesia sebagai negara berkembang, namun potensi ekspor cotton meningkat setiap tahun.
Dengan label tersebut, Indonesia berstatus negara maju, tidak akan mendapatkan perlakukan istimewa dalam perdagangan.
Menurut Dr. Anh Dung (Andy) Do, perwakilan Cotton Council International (CCI) Indonesia, potensi eksport untuk cotton meningkat 2-3 persen per tahun.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pak Presiden kita Jokowi mengatakan, industri tekstil merupakan salah satu priotas tinggi untuk ekport, dimana kita mendapat devisa. Dan jelas, tekstil banyak menggunakan tenaga kerja dari baik dari Jawa-Timur, Jawa-Barat maupun Jawa Tengah, jadi win win lah,” jelas Andy disela Seminar Cotton Usa Technical Seminar Economic of The Mill, Teknologi Tekstil Guna Edukasi Para Pelaku Industri Tekstil Tanah Air di Hotel Aryaduta Bandung Kamis (27/02/2020).
Karena itu, tambah Andy, pihaknya sering melakukan pertemuan dengan para pengusaha Amerika.
“API sering bicara dengan pihak pihak Amerika, kamipun cotton USA juga sering meeting dengan amerika dan orang Indonesia, untuk apa, untuk kita beli banyak Cotton USA, sampai kita dapat garmen untuk kita ekspor lagi ke mereka, jadi win win,” tambahnya.
Selain penduduk banyak, potensi kapsitas ekspor garmen Indonesia menjadi kedua.
“Kuncinya orang Indonesia rajin kerja, ilmunya ada, tiap berapa tahun harus meningkat, dan status Indonesia menjadi negara maju. Artinya apa, kita sudah sedikit kaya, Amerika tidak mau lagi memberikan privilege (keistimewaan), mungkin kita bisa negosiasi, dalam bentuk bantuan lain, dimana ada tiga level, kita medium, jangan hanya dua kategori namun tiga, ini menurut saya pribadi ya,” ucap Andy.
Sementara, Thavasi Vijay Kumar, Senior Technical Consultan for Cotton Council International mengungkapkan, walaupun dirasa mahal, namun kualitas nya terjamin.
“Kualitas cotton usa sangat baik. Indonesia tidak menghasilkan banyak katun, karena itu sangat penting bagi kita untuk bersaing dengan negara negara lain seperti Vietnam dan Bangladesh. Jadi perlu mengolah katun untuk meningkatkan produksi, supaya kita bisa bersaing dari segi biaya dan kualitas,” pungkasnya singkat.
Dalam seminar tersebut, CCI dan API menghadirkan Jemmy Kartiwa selaku Ketua API, Jagadish Gujar Pakar Teknologi Tekstil dari Rieter India dan Vijay Kumar selaku Teknologi Konsultan dari CCI. Mal