Tata Kelola Kapitalistik Sebabkan Gangguan Kesehatan Mental Massif

- Penulis

Kamis, 7 Juli 2022 - 14:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

TATA KELOLA  dunia yang  kapitalistik,  menyebabkan munculnya gangguan kesehatan mental massif.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2022 merilis, data penduduk dunia yang mengalami gangguan kesehatan mental masih dikisaran 1 miliar.

Di Indonesia, tak jauh beda.  Dinas Kesehatan tahun 2021 membeberkan, penduduk Indonesia memiliki potensi gangguan kesehatan mental 20 persen dari populasi. Atau satu dari lima penduduk Indonesia berpotensi mengalami gangguan kesehatan  mental.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berbagai persoalan sistemik muncul. Mulai dari persoalan ekonomi, keluarga, tidak harmonisnya hubungan antara individu masyarakat, tidak terselesaikan dengan baik oleh sistem yang ada.

Kesehatan mental yang paling parah tercermin dari keinginan orang untuk melakukan bunuh diri karena tak sanggup mengatasi tekanan masalah.

Angka bunuh diri di Indonesia tahun 2021 sekitar 1.800 orang. Mirisnya pelaku bunuh diri itu mereka yang terkategori usia produktif yaitu usia 10 hingga 39 tahun. Angka ini masih tergolong kecil jika dibanding dengan Jepang atau Korea.

Semua problem di atas muncul dari aturan main yang diterapkan  negara. Negara menteorikan masyarakat ideal adalah masyarakat yang mandiri, tidak tergantung pada bantuan negara, tidak ada keinginan untuk mendapat subsidi. Dengan kata lain negara berlepas tangan terhadap apa yang dibutuhkan rakyat. Rakyat dibiarkan bebas bersaing memenuhi kebutuhan hidupnya. Inilah tata kelola kapitalistik.

Kebebasan kepemilikan misalnya, faktanya telah memunculkan banyak masalah. Menunjuk satu contoh, kebijakan negara membiarkan jutaan hektar kelapa sawit dikuasai oleh beberapa gelintir orang berdampak sangat serius terhadap munculnya banyak masalah.

Penguasaan lahan sawit oleh beberapa gelintir orang dalam jumlah besar menyebabkan produksi petani sawit tidak terserap oleh pasar karena kebutuhan pasar sudah terpenuhi oleh mereka. Akibatnya produksi sawit dari petani tidak laku di pasaran. Tentu ini akan memunculkan stres di kalangan petani yang berpengaruh pada  kesehatan mentalnya.

Setelah diolah menjadi minyak goreng otomatis  pasaran minyak goreng juga dikuasai oleh mereka, sehingga memunculkan drama memilukan sebagaimana yang terjadi beberapa waktu lalu yang menimbulkan kepanikan luar biasa.

Itu baru satu kebijakan. Kebijakan lain seperti kebijakan pendidikan, kebijakan kesehatan, penyediaan lapangan kerja dan lainnya juga tak kalah buruknya.  Hal itu  membuat masyarakat sulit mengakses kebutuhan-kebutuhan tersebut hingga  tak jarang berpengaruh pada kesehatan mentalnya.

Solusi

Intinya teori berlepas tangannya negara dalam memenuhi kebutuhan rakyat inilah akar masalah munculnya gangguan kesehatan mental massif.

Ini mengingatkan kita bahwa semua aturan kehidupan yang tidak berlandaskan pada aturan Illahi pasti akan memunculkan masalah. Padahal Allah SWT telah menurunkan aturan lengkap dalam semua aspek kehidupan.

Dalam Islam, jaminan pemenuhan kebutuhan pokok individual seperti pangan, sandang, papan serta kebutuhan pokok kolektif seperti pendidikan, kesehatan serta keamanan dijamin oleh negara.

Islam juga mengatur kepemilikan, sehingga apa yang menjadi hak rakyat yang menyangkut kepemilikan umum, sepenuhnya dikelola oleh negara untuk dikembalikan lagi kepada rakyat dalam bentuk layanan publik.

Inilah yang membedakan secara tegas antara sistem Islam dan sistem kapitalisme. Dalam Islam negara memiliki peran sentral dalam memenuhi kebutuhan rakyat, sementara kapitalisme menihilkan peran negara.

Praktek pemberlakuan sistem Islam ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan dilanjutkan oleh para khalifah.

Gangguan kesehatan mental bisa ditekan sedemikian rupa. Jika pun ada dapat diselesaikan dengan sistem yang ada sehingga tidak mengganggu kehidupan mereka dan tidak membawa dampak buruk di tengah masyarakat.

Jika Islam telah terbukti menyelesaikan masalah, masihkah mempertahankan sistem gagal yang timbulkan banyak masalah?

Bagi yang berakal sehat pasti akan mencampakkan sistem kapitalisme dan beralih ke sistem Islam, sistem yang diridhai Allah SWT.

Wallahu a’lam bi showab

 

foto : pijarpsikologi.org

Komentari

Berita Terkait

Cetak Advokat Handal, DPD FERARI Jabar dan STAI Siliwangi Gelar PKPA
Penutupan AAYF 2025, Farhan Sebut Bandung Adalah Kota dengan Ragam Budaya Berkumpul dan Bersatu
Vakum 11 Tahun, Farhan Harap Pasar Seni ITB Jadi Agenda Rutin
Malaysia Hingga India Hadiri Pembukaan Asia Africa Festival 2025
Uji Tabrak TIGGO 9 Kecepatan 50KM/Jam, Hasilnya Luar Biasa
Keren, Karya Kriya Tekstil dan Fashion Tel-U Pernah Kolab Bareng Desainer Ternama
bank bjb Perkuat Sinergi dengan Pemkab Kuningan Lewat Pinjaman Daerah
Dadi Ahmad Roswandi Nakhodai IKASMANTIKA 2025–2030

Berita Terkait

Senin, 20 Oktober 2025 - 18:36 WIB

Cetak Advokat Handal, DPD FERARI Jabar dan STAI Siliwangi Gelar PKPA

Senin, 20 Oktober 2025 - 17:32 WIB

Penutupan AAYF 2025, Farhan Sebut Bandung Adalah Kota dengan Ragam Budaya Berkumpul dan Bersatu

Senin, 20 Oktober 2025 - 17:21 WIB

Vakum 11 Tahun, Farhan Harap Pasar Seni ITB Jadi Agenda Rutin

Senin, 20 Oktober 2025 - 17:08 WIB

Malaysia Hingga India Hadiri Pembukaan Asia Africa Festival 2025

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 20:11 WIB

Keren, Karya Kriya Tekstil dan Fashion Tel-U Pernah Kolab Bareng Desainer Ternama

Berita Terbaru

Wali Kota Bandung saat meninjau Pasar Seni ITB. PJ/Dok

FEATURED

Vakum 11 Tahun, Farhan Harap Pasar Seni ITB Jadi Agenda Rutin

Senin, 20 Okt 2025 - 17:21 WIB