BANDUNG, PelitaJabar – Saling tolong menolong sudah menjadi kewajiban bagi kita semua. Termasuk membantu penyandang disabilitas, seperti tunanetra.
Beberapa prinsip pelayanan yang harus dipahami sebelum mendampingi tunanetra, diantaranya inisiatif, responsif, dan berkomitmen. Inisiatif dibutuhkan karena penyandang tunanetra tidak akan memulai berinteraksi. Sedangkan poin responsif, pendamping awas harus memastikan keamanan tunanetra dari yang didampingi.
“Misalnya, saat kita mendampingi mereka, namun ada sesuatu yang tidak aman, kita harus responsif memindahkan posisi agar mereka aman. Yang harus dijaga kaki hingga ujung kepala,” jelas Instruktur orientasi mobilitas (OM) bagi penyandang tunanetra, Muhammad Fahmi Salman Muharam seperti dikutip http://disdik.jabarprov.go.id Kamis (27/02/2020).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sedangkan di poin komitmen, pendamping awas harus mendamping tunanetra dari awal hingga kebutuhannya terpenuhi.
Terdapat sepuluh teknis dasar menjadi pendamping awas bagi tunanetra. Pertama, dari komunikasi.
“Untuk memulai komunikasi, kita bisa dengan menyentuhkan punggung tangan kita ke punggung tangan tunanetra sambil mengucapkan salam atau sapaan. Jangan sampai menarik atau mengagetkan mereka,” paparnya.
Lalu, mengajak mereka berjalan. Secara otomatis, tunanetra akan mundur setengah langkah dengan posisi di samping seraya menggenggam lengan pendamping.
“Di langkah ketiga, ketika mulai berjalan, mereka akan meletakkan tangan. Bisa di pergelangan tangan, siku atau pundak, bergantung kenyamanan mereka,” tambahnya.
Langkah keempat, yakni teknik berjalan. Selanjutnya, untuk mengantisipasi saat jalan yang dilalui menyempit, langkah yang harus dilakukan pendamping awas yakni berkomunikasi dengan tunanetra agar berjalan tepat di belakang punggungnya sambil memosisikan tangan secara perlahan ke belakang.
“Sehingga, posisi tunanetra lurus dengan posisi berdiri pendamping awas,” ujarnya.
Sedangkan teknik pemindahan tangan, Fahmi mengatakan, ketika ada halangan dari arah kanan atau sebaliknya.
“Sehingga, kita harus memindahkan posisi tunanetra dengan memberitahu secara lisan agar berpindah posisi. Nantinya, tunanetra akan berpindah posisi tanpa harus melepaskan pegangan,” jelasnya.
Kemudian, ketika menghadapi jalan buntu atau harus berjalan ke arah sebelumnya, pendamping awas bisa menggunakan teknik balik arah.
“Sambil berkomunikasi, pendamping awas langsung memutarbalikkan badan dan memindahkan pegangan tunanetra ke lengan yang lain,” tambahnya.
Lalu teknik naik turun tangga. Salah satu yang harus diperhatikan, dengan memberitahukan jumlah anak tangga yang akan dilalui agar tunanetra bisa menyiapkan tenagadan langkah. Lalu teknik membuka pintu.
“Posisi pendamping awas harus di depan untuk membuka pintu dan mengarahkan tunanetra untuk meraba daun pintu agar bisa membayangkan posisi pintu,” terangnya.
Teknik terakhir, yakni mendudukkan tunanetra. Pendamping awas harus membimbing tunanetra dengan cara membimbing tangan tangan mereka untuk memegang sandaran kursi.
“Jika ada meja, tangan lainnya dibimbing untuk memegang meja sehingga mereka bisa membayangkan cara dan posisi duduknya,” pungkasnya.***