BANDUNG, PelitaJabar — Waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi orang. Namun sangat disayangkan, masih banyak yang tidak menghargai waktu.
Sebagian negara Eropa sangat menghargai masalah waktu. Sementara di kita Indonesia, ada istilah ngaret, kata yang berasal dari karet yang bersifat elastis, feksible dan sebagainya.
“Tapi arti sebenarnya ketidaktepatan waktu. Ini yang harus kita benahi,” jelas Bayu A. Yulianto, Sosiolog dan Peneliti Independen disela GrabBike Berikan Dukungan bagi Para Pejuang #AntiNgaret di Indonesia yang Akan Bantu Tingkatkan Produktivitas di Moxi Hotel Bandung Kamis (15/8).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Karena itu, Ngaret telah menjadi kebiasaan orang Indonesia yang sudah menjadi ‘tradisi’ di mana sulit untuk ditinggalkan. Asumsi orang Indonesia tak bisa lepas dari ngaret kini sudah menjadi stereotype karena mereka sulit menjaga waktu, khususnya ketika membuat janji dalam sebuah pertemuan.
“Dampaknya, produktivitas bisa terganggu. Untuk bisa meminimalisir kebiasaan yang sudah menjamur sebagai fenomena sosial ini, masyarakat sebetulnya bisa memanfaatkan transportasi online sebagai armada pendukung mereka dalam mencapai tempat tujuan dengan nyaman dan cepat,” pungkasnya.
Karena itu, Grab menjadikan GrabBike sebagai armada pendukung untuk terus mengejar berbagai hal yang berarti, dengan ketepatan waktu penjemputan.
“Dengan jumlah armada yang memadai, estimasi waktu kedatangan mitra pengemudi saat memesan, pengguna dapat tiba di tujuan dengan lebih cepat. Kalau estimasinya lima menit, ya harus lima menit,” tambah Yose Tireja Arizal, Head of Area Grab Jabar.
Grab merupakan decacorn pertama di Asia Tenggara dan Grab Indonesia telah menjadi salah satu unicorn di Indonesia.
Saat ini, Grab menyediakan layanan dengan jangkauan terluas di Asia Tenggara di 338 kota yang tersebar di 8 negara dengan lebih dari 152 juta unduhan aplikasi, termasuk Indonesia tempat Grab beroperasi di 224 kota dari Sabang hingga Merauke. Mal