BERBAGAI upaya untuk menyelesaikan penyebaran Covid-19 pun terus dilakukan termasuk PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).
Kebijakan PPKM ini ditentukan dari jumlah kasus yang ada di tiap daerah. Diantaranya untuk daerah level-3 kisaran kasusnya 50-150 per 100.000 per penduduk tiap pekan, sementara itu untuk perawatan di rumah sakit mencapai 10-30 per 100.000 penduduk tiap pekan dan angka kematian 2-5 per 100.000 penduduk per pekan.
Sedangkan untuk daerah level-4 lebih dari 150 per 100.000 penduduk tiap pekan, perawatan di rumah sakit lebih dari 30 per 100.000 penduduk tiap pekan dan angka kematian lebih dari 5 per 100.000 penduduk tiap pekan.
Di Jabar sendiri ada 27 Kabupaten atau kota yang memberlakukan PPKM level-4 walaupun tidak semua daerah di Jabar masuk zona merah atau daerah dengan level-4. (gatra.com 22/07/21)
Aturan tersebut memicu protes besar-besaran di empat wilayah di Jabar yang mengeluhkan dampak dari PPKM. Bagaimana rakyat tidak mengeluh, selama PPKM masyarakat tidak bisa mencari penghidupan, banyak pelarangan hingga denda. Sedangkan disisi lain, pemerintah tak mencukupi kebutuhan rakyat.
Padahal rakyat berharap pemerintahlah yang menjadi tumpuan untuk meringankan kebutuhan biaya hidup. Tapi tidak dalam sistem kapitalisme yang melahirkan pemimpin tak peka akan krisis yang dialami rakyat, rasa pekanya pun terkikis terbawa oleh sistem kapitalisme. Sebuah sistem yang aturan kehidupannya berlandaskan akal manusia. Sehingga solusi yang diambil pun tidak pernah tuntas hingga ke akarnya. Justru, akan menimbulkan masalah baru.
Lain sistem lain pula aturannya. Seperti didalam sistem Islam yang lahir dari Sang Maha Pencipta. Tidak ada masalah yang tak ada solusinya. Justru, selain mengatur ibadah, Islam melahirkan aturan kehidupan termasuk bagaimana menciptakan pemimpin yang bertanggungjawab.
Dalam sistem Islam lahir pemimpin yang amanah dalam menjalankan tanggungjawabnya .Rasa takut akan dosa dan hisab kelak di akhirat pun menjadikan segala bentuk kebijakan yang dibuat akan berlandaskan syariatNya. Sehingga bisa mewujudkan harapan rakyat yaitu hidup sejahtera ketika pandemi maupun ketika tidak pandemi.
“Pemimpin adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)
Kita bisa bercermin pada sejarah seperti Umar Bin Khatab. Pada saat itu terjadi musim paceklik di Jazirah Arab. Beliau menunjuk empat pejabat khusus untuk mengurusi distribusi makanan ke pelosok Madinah. Bahkan Umar terjun langsung ke lapangan demi memastikan semua penduduk mendapat bantuan makanan yang diberikan negara.
Hal itu dilakukan setiap saat, baik di saat terjadinya wabah maupun tidak. Sehingga rakyat tidak dipusingkan dengan kebutuhan hidupnya karena negara sudah menjamin.
Dengan demikian, rakyat akan patuh dengan segala kebijakan yang dikeluarkan oleh seorang pemimpin dengan mengembalikan solusinya kepada syariat.
Dalam Islam sendiri untuk mengatasi wabah atau pandemi melalui lockdown sejak munculnya wabah itu sendiri, sehingga tidak akan menyebar seperti terjadi saat ini.
“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR. Bukhari)
Wallahualam