KRISIS identik dengan kebutuhan hidup, kini merambah ke krisis keteladanan. Bagi generasi muda, sosok teladan sangat diperlukan dalam kehidupannya. Sebagai panutan, contoh untuk menumbuhkan semangat dan lainnya.
Namun, semakin beriringnya waktu, sosok teladan tersebut semakin memudar, bahkan hilang tergerus perkembangan zaman yang jauh dari aturan dan norma sosial dan agama.
Tak bisa dipungkiri saat ini tidak sedikit para pejabat dan pablik figur yang justru sudah tak patut dijadikan contoh, mulai tingkat pusat hingga daerah. Bahkan lembaga pendidikan pun kini terkontaminasi. Contoh buruk untuk generasi muda Indonesia khususnya milenial di Jawa Barat.
Berbagai kasus mewarnai dunia media seperti korupsi termasuk pungli. Sangat disayangkan, pungutan liar tersebut terjadi di lembaga pendidikan. Yang notabennya menjadi tempat sumber inspirasi, panutan dan kebaikan lainnya. Seperti pungli yang dilakukan oleh oknum guru saat PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) di SMKN 5 Bandung.
Hal itu dibenarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat, Dedi Supandi. Dia angkat bicara menyikapi kasus dugaan pungutan liar (pungli) penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2022 yang terjadi di SMKN 5 Bandung.
Kadisdik menegaskan, kasus yang dibongkar Tim Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) Jabar tersebut merupakan hasil kerja sama yang dibangun Disdik Jabar dan Tim Saber Pungli Jabar. (Sindonews.com 24/06/22)
Instansi pendidikan yang terlibat pungli telah mencoreng dunia pendidikan yang seharusnya menjadi teladan baik bagi siswanya.
Kasus pungli tersebut bukan sekali ini saja terjadi, kejadianya terus terulang dalam sistem yang digunakan saat ini yaitu kapitalisme. Sebuah sistem yang ikut andil mempengaruhi masyarakat. Karena dalam sistem kapitalisme memberikan ruang kebebasan untuk melakukan apapun, pelakunya sudah luntur dari rasa takut akan dosa dan sangsi yang diberikan pun tidak memberikan efek jera.
Sehingga, menjadikan generasi muda krisis teladan baik. Jika kita berkaca pada sejarah Islam yang banyak melahirkan generasi muda tak lepas dari panutan sebelumnya.
Lihat saja bagaimana pemuda yang bernama Muhamad Al Fatih. Di usianya yang masih muda 21 tahun sudah mampu menaklukan kota Konstatinopel, kota adidaya pada saat itu.
Di dunia kedokteran ada Ibnu Sina yang bisa kita tiru keilmuan dan ketaatannya kepada syariat dan masih lagi pemuda lainnya.
Itu semua tak lepas dari peran pemerintah yang mampu mengkondisikan semua kehidupan dengan aturan Islam, karena dalam Islam tak hanya mengatur urusan ibadah saja, aturan seperti pendidikan pun ada. Hal ini diperkuat dengan hadis yang disampaikan oleh Rasulullah yang artinya:
“Imam (pemimpin) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)
Sehingga pemuda dalam sistem Islam tak pernah kehabisan sosok teladan. Maka sudah seharusnya aturan saat ini diganti dengan aturan dalam Islam karena terbukti mampu melahirkan pemuda-pemuda hebat secara sains dan dibarengi dengan ilmu agama.
Wallahua’lam