BANDUNG, PelitaJabar – Kasak kusuk wacana penundaan pemilu menjelang Pemilu 2024, menjadi warning bagi masyarakat, dimana amanat reformasi 1998 terancam dikhianati oleh permufakatan jahat sekelompok elite yang ingin menghancurkan reputasi Presiden Joko Widodo.
Dr. Wijayanto, pengamat politik dari Undip, Semarang, mengungkapkan, sejak 2019, dirinya ditanya tentang wacana perpanjangan masa jabatan Presiden, dan sampai tahun 2022 ini masih bertemu lagi dengan wacana penundaan pemilu.
‘Ini mencerminkan hawa nafsu inkonstitusional yang tidak padam juga, ini tanda bahaya. Kalau pemilu sampai ditunda atau masa pemerintahan diperpanjang, walaupun dicarikan pembenaran melalui amandemen konstitusi, Indonesia tidak bisa lagi disebut sebagai negara demokrasi. Masyarakat hendaknya tidak lagi memilih parpol-parpol yang mengkhianati semangat reformasi pada Pemilu 2024 nanti,’ ucapnya melalui siaran pers yang diterima PJ Kamis 3 Maret 2022.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan tegas menolak wacana penundaan pemilu.
‘Kalau alasannya aspirasi rakyat, rakyat yang mana? Jangan main-main dengan suara rakyat. Kok ringan-ringan saja menabrak konstitusi? Kita berkeliling ke 34 provinsi dan ratusan kabupaten kota, yang ada masyarakat justru mengeluh atas kondisi hari ini yang tidak kunjung membaik. Prioritas pun tidak ada,’ tegas AHY belum lama ini.
Tak hanya itu, Wasekjen DPP Partai Demokrat Jovan Latuconsina menegaskan, Partai Demokrat tidak takut menyuarakan kebenaran. Di sana sini sedang banyak masalah.
‘Kita tahu memang tidak mudah. Tetapi hak konstitusi rakyat jangan dipotong. Kami terus berikhtiar untuk selalu tunduk pada konstitusi,’ ucapnya.
Padahal sudah jelas Presiden Joko Widodo menegaskan Tidak ada perpanjangan jabatan Presiden. Tunda Pemilu sama dengan perpanjangan jabatan Presiden. Kata Presiden, ini sama dengan menampar muka beliau.
‘Memalukan orang-orang yang ingin memalukan nama Presiden ini. Saya setuju dengan pernyataan Pak Wasisto Raharjo Jati, peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional, bahwa Parpol yang mendukung ide penundaan Pemilu dan Perpanjangan masa jabatan Presiden telah mengkhianati amanat reformasi. Padahal salah satu amanat reformasi adalah pembatasan masa jabatan Presiden yang dituangkan dalam UUD 1945.’ tambahnya.
Jovan melanjutkan, kalau Presiden di ganggu terus dengan ide-ide gila ini, kasihan beliau. Presiden harus segera bersuara dan menghentikan wacana tunda Pemilu ini.
‘Karena saya meyakini, ini bukan kehendak beliau, hanya orang yang mau cari muka saja. Kalau Presiden diam, nanti orang pikir anggap benar. Sekali lagi kasihan nama Presiden dirusak oleh orang-orang bermental Orde Baru,’ pungkasnya.
Wacana penundaan pemilu ini mula-mula digaungkan Januari 2022 oleh Menteri Investasi Bahlil Lahadalia. Wacana ini surut setelah ditolak oleh berbagai pihak.
Namun isu ini kembali memanas setelah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menggaungkan isu ini lagi pada Februari 2022 dengan alasan pandemi.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto lalu menerima aspirasi dari sejumlah petani yang menginginkan penundaan pemilu. Presiden Jokowi didesak untuk bersikap agar masyarakat tidak resah. ***