SLEMAN, PelitaJabar – Dianggap memiliki nilai sejarah,bertepatan dengan HUT Kabupaten Sleman ke-108, PT Pos Indonesia bersama Pemerintah Kabupaten Sleman meluncurkan Prangko Seri Penanda Kota: ‘Buk Renteng’ dan buku ‘Pesona Wisata Bumi Sembada’ di Pendopo Parasamya, Kamis (16/5/2024).
Prangko Seri Penanda Kota: Buk Renteng bisa melejit di dunia. Pasalnya prangko-prangko di Indonesia sangat diminati para filatelis di luar negeri. Apalagi, Buk Renteng ini memiliki nilai sejarah dan keunikan.
“Tentu Pos Indonesia dalam hal ini sebagai channel. penjualan prangko di seluruh Indonesia dan juga channel penjualan untuk para filatelis yang tersebar di seluruh dunia,” beber Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi.
Menurutnya, prangko di Indonesia sangat diminati di luar negeri, karena unik dan tidak ada yang menyamai.
“Buk Renteng ini hanya ada di Sleman. Tidak ada di Jerman atau Amerika. Sehingga banyak sekali peminat kolektor-kolektor filatelis di seluruh dunia meminta kami untuk mengirimkan penjualan prangko ini,” tutur Faizal.
Sementara Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengungkapkan kebahagiaannya atas terlaksananya peluncuran prangko seri penanda kota: Buk Renteng dan buku ‘Pesona Wisata Bumi Sembada.
Kehadiran prangko dan buku ini untuk mempertahankan eksistensi sejarah sekaligus menjadi sarana pemasaran pariwisata yang dimiliki Kabupaten Sleman.
“Di tengah maraknya media informasi dan komunikasi yang serba cepat, kita diingatkan betapa pentingnya mendokumentasikan setiap informasi melalui media yang tak lekang zaman seperti buku dan prangko. Tidak bisa dipungkiri, gambar-gambar yang terilustrasikan dan kalimat yang tersurat menjadi saksi perubahan sebuah kota dan tentu merekam perjalanan kehidupan masyarakat zaman itu,” papar Kustini dalam sambutannya.
Peluncuran Prangko Seri Penanda Kota: Buk Renteng ini juga disambut baik Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Nezar Patria. Ia menilai banyak makna dan fakta yang tersimpan dengan adanya prangko ini.
Salah satunya, menjadi bukti bahwa prangko masih banyak diminati masyarakat. Hal itu bisa terjadi karena prangko dianggap memiliki makna historis.
“Pertama, prangko ternyata masih dicari, disimpan, didiskusikan, dan diperlukan. Luar biasa menurut saya. Apalagi, pada abad 21, kita sudah memasuki era digital. Bahkan, saat ini sudah ada prangko digital. Tetapi, sejauh ini, prangko masih dikoleksi dan memiliki makna historis,” kata Nezar.
Buk Renteng merupakan salah satu peninggalan sejarah di Indonesia yang tak terlupakan. Bahkan, dia sendiri mengaku sangat terkesan dengan Buk Renteng tersebut.
“Peninggalan sejarah ini, saya kira kita bisa mempelajari cukup banyak di sana. Terutama soal teknologi pengairan dari Belanda. Itu sudah dibangun dari 1800-an akhir. Karena kalau tidak salah selokan Van Der Wijck (Buk Renteng) sudah dibangun sekitar 1890-an,” ujar Nezar.
Selokan yang menghubungkan wilayah Sleman Yogyakarta dan Magelang Jawa Tengah yang airnya memanfaatkan aliran Sungai Progo itu, telah dibangun pada tahun 1909 pada era Hindia Belanda.
“Tetapi, Buk Renteng ini, kalau kita lihat fungsinya mengairi kurang lebih 20 ribu hektar sawah. Berarti sejak dulu Sleman memang terkenal sebagai lumbung beras untuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan juga untuk mengairi perkebunan tebu yang saat ini sudah tidak ada lagi. Jadi tepat sekali untuk menjadikan Buk Renteng sebagai ikon Sleman dan juga ikon sejarah pastinya,” pungkasnya.
Hadir Anggota DPR RI Fadli Zon yang juga sebagai Ketua Umum Filateli Indonesia. ***