BANDUNG, PelitaJabar – Ketua Umum KONI Jawa Barat Prof.Dr.HM Budiana, S.IP. MSi berharap Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Jawa Barat menjadi bahan evaluasi menyeluruh untuk kebangkitan prestasi.
“Tentu saja kita doakan dengan evaluasi yang akan dilakukan POBSI Jabar, Cabang Olahraga (Cabor) biliar bisa bangkit kembali. Saya yakin Pak Rudi bisa membangkitkan semangat untuk hal itu,” kata Prof. Budiana disela Rapat Kerja Provinsi (Rakerprov) di lantai III Gedung KONI Jabar Jalan Pajajaran Kota Bandung, Selasa 18 Februari 2025.
Hal yang paling penting di PON XXII tahun 2028 di NTT-NTB kata dia antara lain cabang olahraga biliar bisa mengevaluasi hasil yang dicapai pada edisi PON sebelumnya, yakni PON XXI Sumut- Aceh.
Seperti diketahui pada PON di Sumut-Aceh Cabor biliar Jabar menurunkan 15 atlet. Hanya saja tidak beruntung memperoleh medali emas. Jabar hanya mampu menyumbangkan 3 medali perak dan 10 medali perunggu.
Dia menyinggung pelaksanaan Babak Kualifikasi (BK) cabor biliar di pentas Porprov 2025.
“Awalnya penyelenggaraan BK cabor biliar akan dilaksanakan di Kota Depok. Namun karena faktor teknis Depok tidak siap. Di biliar itu ada meja carom dan snoker dan ini harus ada di satu venue. Nah Depok tidak siap untuk itu. Hingga akhirnya penyelenggaraan digeser ke Kota Bandung. Sedangkan penyelenggaraan Porprov dilaksanakan di Kabupaten Bekasi,” paparnya.
Wakil Rektor Unpas ini pun menambahkan telah dilakukan pertemuan Technical Delegate (TD) Porprov.
“Saat itu cabor biliarpun hadir. Pertemuan tersebut dalam rangka membangun kesiapan menyangkut berbagai aspek terhadap pelaksanaan Porprov,” katanya.
Sementara Ketua Umum Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Jawa Barat, Ir. Rudi Kadarisman mengatakan, Rakerprov membahas berbagai hal.
“Pelaporan keuangan kemudian prestasi cabor biliar di PON XXI serta nomor-nomor biliar yang akan dipertandingkan di BK Porprov 2025. Dicabor biliar, penentuan nomor selalu dilakukan lewat musyawarah, tujuannya adalah supaya tidak ada kekuasaan penuh dari Pengprov. Artinya ketika Technical Hand Book (THB) muncul, termasuk nomor-nomor biliar yang dipertandingan, benar-benar sudah melewati musyawarah dan mufakat,” jelasnya.
Rudi menyinggung soal pembinaan usia muda. Dimana ada satu nomor di Porprov yaitu yunior Kelompok Umur (KU) – 23.
“POBSI Jabar memberi kesempatan kepada setiap Pengcab POBSI Kota dan Kabupaten untuk memunculkan atlet juniornya.
“Tujuan menampikan nomor yunior adalah untuk mewujudkan regenerasi. Terbukti saat PON XXI, kita menampilkan atlet yunior Erwin, Nathan dan Kifli. Mereka meraih medali. Jika nanti ada atlet yunior KU-23, saya katakan tidak usah ikut BK Porprov. Mereka sudah mendapat “wild card” dan langsung bertanding d Porprov,” jelas Rudi.
Sekretaris Umum Pengprov POBSI Jabar yang juga ketua Panitia Pelaksana Rakerprov POBSI Jabar 2025, Lia Asyiah Sodikin mengatakan 22 Pengurus Cabang (Pengcab) hadir di Rakerprov ini.
“Lima Pengcab lagi masih dalam perjalanan menuju tempat Rakerprov. Semua Pengcab kota dan Kabupaten hadir di Rakerprov POBSI tahun ini. Setiap Pengcab dihadiri langsung ketua dan sekretarisnya,” katanya.
Rakerprov hanya dengan waktu satu minggu itu, dihadiri dua Pengcab bidang organisasi.
“Ketuanya tidak bisa hadir. Kemudian ada dua ketua Pengcab yaitu Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Indramayu yang telah habis masa jabatannya tapi kemudian diperpanjang,” pungkasnya Lia.
Nomor pertandingan BK Porprov pada awalnya 20 nomor yang diberikan KONI Jabar, bertambah menjadi 22 nomor. Joel