BANDUNG, PelitaJabar – Begitu mencoba enak, ayik dan nikmat, bahkan susah untuk berhenti.
Boleh jadi mungkin tidak ada satu pun yang berani meminta Roni Omero menghentikan apa yang dilakukannya, karena dia sangat “bernafsu”.
Eit, jangan punya pikiran “ngeres” dulu.
Latihan mengolah tubuh dan membentuk otot alias binaraga, itulah keseharian yang dilakukan Roni sejak tahun 2004.
“Saya senang binaraga. Latihan binaraga adalah keinginan saya sendiri. Dengan berlatih binaraga secara tidak langsung melatih disiplin diri sendiri untuk menjadi sehat,” kata Roni kepada PJ Jumat (20/8/2021).
Roni Omero menyebutkan, kalau mau melatih disiplin, olahraga yang pantas adalah binaraga. Berlatih binaraga tidak boleh terlewat sehari pun. Kalau berhenti sehari saja, sangat berpengaruh pada otot yang dibentuk.
“Dari sinilah saya memantapkan hati berlatih binaraga. Selain keindahan otot, kesehatan pun menjadi yang utama dengan baluran disiplin yang mantap pula,” ucap anak ke-6 dari 10 bersaudara pasangan Sahri Sunardi dan Lena Tekol.
Dukungan Neta istri tercintanya, kini menjadi kekuatan berlipat dalam mengejar prestasi setelah kedua orang Roni meninggal.Tumpuan motivasi dan spirit langsung praktis ada pada Neta.
“Netalah yang selalu memotivasi saya dalam latihan. Selalu mengingatkan soal makan dan juga vitamin pendukung yang harus saya makan. Makasih istriku,” ujar atlet binaraga andalan Jawa Barat kelahiran 15 april 1973 ini.
Di PON Papua ini, Roni turun di kelas 65 kg. Padahal di PON 2016 lalu di Bandung, Roni merebut medali emas di kelas 55kg. Loh kok.?
“Saya sebagai atlet ikut saja apa kata pelatih dan Ketua Umum Pengprov PBFI Pak Benny Ciptawijaya. Kenapa saya harus naik kelas, pak Benny dan pelatih melihat peluang medali emas saya lebih besar di kelas 65 kg di Papua. Ini juga bagian dari strategi,” jelasnya.
Sejak pandemi Covid-19, dia mengakui, sangat mengganggu latihan persiapan PON Papua. Belum lagi ditambah aturan protokol kesehatan (Prokes) yang mesti diikuti.
“Rumit dan menjenuhkan apa yang dilakukan atlet dalam berlatih di tengah pandemi. Tapi mau gak mau latihan wajib, walaupun secara mandiri dengan mengacu pada program latihan yang disodorkan pelatih,” kata Roni.
Pandemi tidak hanya berdampak pada latihan persiapan PON Papua, nmun lebih dari itu, Roni terpaksa berhenti bekerja sebagai personal trainer di Helios Fitnes Citylink Mall Bandung.
“Sejak diberlakukannya PPKM, tempat kerja saya, mall nya ditutup. Jadi praktis tidak punya penghasilan. Hanya mengandalkan insus dari KONI Jabar. Terlalu berat memang. Di satu sisi saya butuh uang cukup besar di cabang olahraga yang saya geluti sebagai persiapan. Khususnya memenuhi kebutuhan Real Food. Di sisi lain, uang dari KONI itu harus saya bagi dengan keluarga,” tuturnya sedih.
Jadi kalau dapet medali emas di Papua, Roni bertekad bonusnya mau digunakan usaha buka gym sendiri.
“Biar gak sengsara,” tambahnya sembari tertawa.
Ditanya persiapan, Roni menyebutkan sangat berat karena dalam suasana Covid-19
“Banyak sekali tantangannya. Tapi Alhamdulillah, pak Benny Ciptawaijaya selalu men-support kami latihan, sehingga bersemangat. Pak Benny luar biasa. Beliau memotivasi kami setiap saat. Kami adalah team yang solid. Semua saling mendukung termasuk kepala pelatih, asisten pelatih, pak menejer juga teman-teman satu tim saya,” pungkas Roni. Joel
Data Peestasi
– PON XVIII Riau Tahun 2012 peringkat
4 kelas 55 kg.
– PON XIX Jawa Barat Tahun 2016
Medali Emas (Peringkat I) kelas 55 kg
– Porprov Tahun 2014 Kabupaten Bekasi
MedalinEmas (Peringkat I) kelas 55 kg