BANDUNG, PelitaJabar – Asosiasi Perstekstilan Indonesia (API) menilai, untuk menahan serbuan produk impor, diperlukan perbaikan dari hilir ke hulu.
“Kita harus kondisikan supaya market dalam negeri ini jangan dikuasi oleh produk impor, harusnya kita perbaiki dari hilir dulu, karena memang tahun lalu belum siap, karena belum siap, petisionernya,” jelas Sekjen API Kevin Hartanto disela seminar Teknologi Tekstil Cotton Council International (CCI) bertema Cotton Usa Technical Seminar Economic of The Mill di Hotel Aryaduta Bandung Kamis (27/02/2020).
Menurutnya, kebutuhan bahan baku seperti kapas tidak bisa di produksi di indonesia.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Namanya kapas, memang tidak bisa di produksi, sudah pasti impor. Buat indonesia pemintalan industrinya, kalau punya keleluasaan, dia bisa impor dari manapun, kapas amerika, india, australia, Thailand. Beda dengan China, ada petani kapas, pemerintah China begitu melindungi dalam negeri karena ngurus penduduk 1,6 miliar ini kan harus punya kerja, jadi petani kapas ini harus dipastikan dulu, diserap dulu oleh industri dalam negerinya, kurang, baru impor, dan harganya juga di jaga,” ucap Kevin.
Terkait perubahan status WTO, menurutnya pasti berpengaruh. Jika saat ini Indonesia di kategorikan sebagai negara maju, ekspor dunia akan lebih susah.
“Sekarang buktinya, kalau negara maju, safeguare, meskipun pangsa impornya kecil nih ke indonesia, karena kategori negara maju, kita pasti kena. Yang kita ingin negosiasi,” paparnya.
Meski begitu, tentunya ada peluang dan tantangan.
“Kalau sekarang kita bicara untuk industri dalam negeri yang orientasi ekspor, itu peluang. Bayangkan sekarang, banyak negara negara yang biasa di suplay dari dari China, mereka mulai nyari nih, kain atau apa salah satu di Indonesia, karena kita kan produsen,” jelasnya.
Sementara Tantangannya, seperti garmen, dimana selama ini eksportirnya garmen, menggunakan kainnya bukan kain dalam negeri.
“Sekarang kalau dikejar deadline, harus ekspor tapi bahan bakunya dari China terhambat, pasti kehambat juga dong,” tegas dia.
Menurut Kevin, Indonesia belum swasembada.
“Begitu ada masalah begini, ada beberapa industri, begitu dia harus nyari sourching dari lokal, bingung, siapa yang bikin kain ini, bahan ini darimana dan sebagainya, bingung kan,” pungkas Kevin. Mal