TASIKMALAYA, PelitaJabar – Kasus stunting di Kota Tasikmalaya cenderung naik, membuat anggota Komisi IX DPR RI Nurhayati Effendy meminta stakeholder bekerja lebih keras.
“Kalau di Kota Tasikmalaya berapa prevalensi stunting-nya, naik atau turun? Saya sangat prihatin, ternyata prevalensi stunting di Kota Tasikmalaya ini tidak turun, malah naik 4,7 persen, dari 22,4 persen pada 2022 menjadi 27,1 persen pada 2023,” tegas Nurhayati saat menjadi narasumber Promosi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Progam Percepatan Penurunan Stunting di Kelurahan Parakan Nyasag, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, pada Selasa, 28 Mei 2024.
Dia menilai perlu penyikapan serius terhadap hasil survei. Para pihak harus melakukan telaah dan evaluasi, apakah intervensi yang dilakukan sudah tepat atau belum. Termasuk di dalamnya upaya optimalisasi 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) bagi anak.
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Ini ditandai dengan panjang atau tinggi badannya di bawah standar.
Kondisi ini sejatinya bisa dicegah selama periode 1000 HPK, yaitu dimulai sejak terbentuknya janin pada saat kehamilan (280 hari) sampai dengan anak berusia dua tahun (720 hari).
Beberapa kemungkinan dianggap pemicu kasus stunting baru, banyak bayi yang baru lahir dengan berat badan rendah. Ada juga ibu yang memiliki penyakit penyertanya.
“Misalnya penyakit pada kehamilan apakah dia menderita diabetes ataupun menderita penyakit lainnya, sehingga berpotensi menyebabkan berat badan bayi lahir rendah,” ucapnya.
Penyebab lainnya sebagian besar dari remaja putri atau calon pengantin, saat dilakukan pemeriksaan HB-nya, kebanyakan dari mereka menderita defisiensi.
“Kalau jumlah stunting di Kelurahan Parakan Nyasag ini ada berapa? Data dari Dinkes per 28 Mei 2024 ada 119 anak stunting dari data entry 716 balita, sehingga prevalensinya 16,62 persen. Nah ini ada perbedaan data yang saya dapat dari BKKBN per 13 Mei 2024 ada 163 anak stunting dari 1208 anak yang ditimbang dan diukur, dari total keseluruhan 1277 anak, dengan prevalensi 13,49 persen,” papar Nurhayati.
Secara nasional, prevalensi stunting Indonesia hanya turun 0,1%, yaitu 21,5% (SSGI 2023). Ini jauh dari target pemerintah yaitu 17% pada 2023. ***